9. Bad mood🍒 (Revisi✔)

1.9K 86 0
                                    

Happy Reading

__

Tok..

Tok..

Tok..

"Dek. Bangun sekolah." Areksa mengetuk pintu kamar adik tirinya lumayan keras.

"Dek kamu udah bangun belum?"

Cowok itu menghela nafas sabar ketika tak mendapat jawaban dari dalam kamar sang adik.

Apakah adiknya sudah bangun atau belum?

Ceklek.

Elyn menatap datar cowok yang berada di pintu kamarnya "Brisik!" Ujar Elyn ketus, lalu gadis itu berlalu dari sana meninggalkan Areksa yang terbengong.

Seakan tersadar bahwa adiknya sudah tidak ada di hadapannya. Cowok itu mengelus dadanya sabar "Untung adek." Gumam Areksa pelan.

Areksa menyusul Elyn menuruni tangga menuju lantai bawah. Mereka berjalan kearah ruang makan yang sudah terisi oleh Zordan dan Lidia "Areksa sayang sini nak." Ujar Lidia di sertai senyum manisnya. Ketika melihat Areksa menuruni tangga.

Elyn merapatkan bibirnya ketika mendengar ucapan dari Lidia yang terkesan manis untuk Areksa. Entah kenapa hatinya terasa sakit melihat Lidia memperlakukan Areksa spesial.

Sedangkan Areksa sendiri malah terdiam kaku lalu melirik Elyn dengan ekor matanya. Sungguh dirinya sangata-sangat merasa tak nyaman di situasi seperti ini.

Mengapa Lidia memperlakukannya seperti ini? Bahkan dirinya bukan siapa-siapa di keluarga Argabintara. Sedangkan Elyn? Darah yang mengalir di tubuh gadis itu sudah jelas darah keturunan Argabintara. Darah daging mereka.

Bukannya ini sangat tak adil untuk Evelyn?

Areksa melihat kearah Lidia dengan senyum tipisnya "Iya Mah."

Keduanya duduk di kursi yang bersebrangan. "Kamu mau makan apa pah?." Tanya Lidia menatap penuh kelembutan kepada sang suami.

"Nasi goreng sama daging ayam."

Lidia mengambilkan apa yang di mau oleh suaminya, Zordan. Setelah selesai menyiapkan makanan untuk Zordan. Lidia menatap penuh kelembutan kepada Areksa yang hanya memasang raut wajah datar.

"Kakak mau apa?." Tanya Lidia kepada Areksa.

"Samain aja sama Papa. Mah."

Wanita itu kembali mengambilkan makanan. Menyerahkannya pada sang putra "Nih. Dimakan ya."

Areksa menerima makanan dari Mama tirinya itu dengan sopan. "Makasih Mah."

Senyuman Lidia mengembang indah ketika mendengar ucapan terima kasih dari Areksa.

"Sama-sama Sayang."

Setelah menyiapkan untuk keduanya. Wanita itu tak menawari untuk Elyn dan malah mengambil untuk dirinya sendiri.

Elyn hanya bisa menghela nafas. Gadis itu mengambil makanan yang akan dia makan tanpa memperdulikan tatapan seseorang kepadanya.

Sarapan pagi pun dimulai dengan suasana hangat untuk kedua paruh baya itu dan Areksa. Mereka melupakan bahwa mereka tidak bertiga melainkan berempat.

Elyn merasa kehadirannya sama sekali tak di anggap oleh ketiganya. Gadis itu sedikit buru-buru memakan sarapannya agar bisa menjauh dari keluarga cemara yang ada di depannya itu.

Revalina's TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang