21. Drama picisan🍒 (Revisi✔)

944 60 0
                                    

Happy reading

_______________________√

"Keluar!" Suara dingin memecahkan keheningan di taman yang hanya di terangi oleh pencahayaan bulan serta taburan bintang yang membuat malam ini semakin indah dengan hawa dingin yang menusuk.

Tak ada sahutan dari belakang, Ia tau bahwa mereka masih di belakangnya, lebih tepatnya di dekat tembok belokan.

"GUE BILANG KELUAR, YA KELUAR!" Teriak Elyn menggelegar.

Masih tak ada sahutan, Elyn beranjak dari rebahannya lalu berbalik arah. Mata tajamnya menghunus Areksa dkk yang terlihat mematung.

"Sini." Suruh Elyn datar.

Dengan ragu-ragu mereka menghampiri Evelyn yang hanya menampilkan raut wajah datarnya.

Sesampainya di depan Elyn, mereka masih diam tak mengeluarkan suara sama sekali, gadis itu bersedekap dada dengan raut wajah datarnya serta tatapan tajam.

"Ngapain?!" Tanya Elyn penuh penekanan.

Areksa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Pemuda itu canggung dengan tatapan Elyn yang mengintimidasi. "Emm.. Kakak cuman khawatir sama kamu, jadi Kakak sama temen-temen Kakak ngikutin kamu." Ujar Areksa dan di angguki oleh teman-temannya.

Sedangkan Elyn masih diam dengan tatapan tajamnya, kilatan emosi masih menguasai dirinya. "Gue udah bilang! Jangan pernah ikut campur sama kehidupan gue sialan! LO NGERTI GAK ANJING?!" Sentak Elyn di akhiri bentakan.

Areksa hanya diam dengan raut wajah datarnya, sedangkan teman-teman Areksa merasa tak terima dengan ucapan Adik temannya ini.

"DIA KHAWATIR SAMA LO ANJING! HARUSNYA LO BERSYUKUR KARNA PUNYA KAKAK YANG SAYANG SAMA LO!" Bentak salah satu teman Areksa.

Yang lain menatap temannya tak percaya, sedangkan Elyn hanya menatap datar. "Lo diem Xel." Ujar Areksa datar.

Pemuda yang di panggil Xel menatap tak percaya temannya ini, "Ar, dia udah rendahin lo!"

"Diem!" Ujar Areksa tak mau di bantah.

Gadis itu menatap malas mereka, "Udah?" sahut Elyn tiba-tiba.

"Dengerin baik-baik pake otak kecil kalian, terutama lo!" Elyn menunjuk Areksa dengan tangannya.

Dan langsung di tepis oleh Fanji, "Gak usah nunjuk-nunjuk temen gue! Bisa?!" Ujarnya dingin.

Elyn terkekeh sinis, "Dan kalian juga gak usah kepo sama urusan gue! Bisa?!" gadis itu menaikkan sebelah alisnya.

Fanji diam tak membalas dan hanya menatap datar gadis di depannya, "Oke! Balik lagi ke awal, dengerin omongan gue pake otak kecil kalian."

"Areksa, lo gak berhak untuk ikut campur urusan gue, terutama kalian semua yang hanya orang asing! Lo bukan siapa-siapa gue Areksa!"

"Gak usah sok pengen jadi Kakak yang baik buat gue! Karna apa? Karna gue gak butuh belas kasihan dari siapapun termasuk lo!"

"Gue gak butuh itu semua! Karna memang sedari awal gue udah bisa berdiri di kaki gue sendiri tanpa bantuan dari orang lain termasuk ortu angkat lo itu!"

"Hapus harapan lo supaya bisa deket sama gue dan bahkan gue anggap lo Kakak, karna itu gak akan terjadi sama sekali!" Elyn menghela nafas pelan lalu meninggalkan mereka yang hanya bisa diam terutama Areksa.

Hatinya berdenyut sakit mendengar ucapan sang Adik, apa ia tak bisa untuk menjadi bagian dari hidup Elyn?

Fanji menepuk pundak temannya, "Sabar, gue yakin seiring berjalannya waktu dia akan nerima lo."

Revalina's TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang