٤ || Kecewa

3.4K 142 1
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Sesungguhnya Allah telah menciptakan takdir-takdir seluruh makhluk lima puluh tahun sebelum menciptakan langit dan bumi."

(HR Muslim No. 2653)

🪐🪐🪐

"Liatin siapa sih, Wa?" tanya Amara

Marwa tersenyum, lalu menunjuk dengan dagunya. "Biasalah, Kak Faza, ganteng banget gila!"

Faza—Kating mereka yang terkenal dengan kepintarannya, serta tambahan plus untuk wajahnya. Itu yang membuat banyak gadis yang menggilai cowok berparas mapan itu.

Amara ikut memperhatikan laki-laki yang sedari tadi Marwa perhatikan, lalu segera memalingkan wajahnya. "Jaga pandangan, Wa," peringat Amara, membuat Marwa cengengesan.

"Tapi kalo gue sama dia, cocok gak sih?" tanya Marwa, membuat Amara terdiam.

"Gak kebayang kalo dia beneran jadi suami gue nanti," Marwa memangku dagunya, seakan membayangkan dirinya di masa depan bersama Faza."

"Zina qolbi, astaghfirullahaladzim," Amara meraup wajah Marwa dengan tangannya.

Tiba-tiba saja, Marwa memekik kecil, membuat Amara heran sendiri. "Udah sinting ni anak."

"Ra, liat deh, gue udah cantik belum, ini kerudung gue gak mleyot kan? Udah bener kan gamis gue?!"

"Apasih lo gak jelas," cetus Amara

"Aih Ra, liat dulu, gue udah cantik belum?!" desak Marwa

"Iya udah cantik," sahut Amara malas.

Langkah kaki terdengar, membuat Amara mengangkat pandangannya. Dan Yap, ini yang membuat Marwa heboh sendiri. Faza menghampiri mereka, entah ingin apa.

"Ekhem, kenapa ya kak?" tanya Marwa berusaha bersikap biasa saja, meskipun hatinya meronta-ronta ingin berteriak.

Faza tersenyum tipis. "Gue cuma mau ngomong sama Amara."

Wajah Amara menegang, seperkian detik dia menatap Marwa yang sudah merubah raut wajahnya.

"Ra," panggil Faza, membuat Amara berdehem, berusaha cuek. "Boleh bicara berdua?"

"Bukan mahram," sahut Marwa

"Sebentar aja Wa, gak jauh kok, lo juga masih bisa liat kita ngapain."

Marwa diam, tangannya terkepal erat.

Amara menatap Marwa, lalu menatap Faza. "Kak, lain kali aja, bisa?"

Faza menggeleng. "Harus sekarang!"

Amara meneguk ludahnya. Sedikit menghela nafas, Amara menyentuh tangan Marwa. "Wa... gapapa kan?"

Marwa menoleh, lalu mengangguk dengan senyuman tipisnya.

Amara merasa tidak enak dengan Marwa, namun mau bagaimana lagi.

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang