١ || Tuduhan

4.4K 190 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu maka sembahlah Aku."

(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 92)

🪐🪐🪐

"Heh, mau kemana kamu?!"

Marwa menoleh, dan dibuat terkejut kala melihat ada empat pasang mata yang menatapnya tajam.

Sedikit celingukan, dia menunjuk dirinya sendiri. "Saya?" tanya Marwa.

"Iya lah siapa lagi!"

Marwa tersenyum kikuk, lalu segera menghampiri dua gadis itu. "Kamu mau kemana?!"

"Mau balik," ujar Marwa jujur.

"Oh, kamu teh mau kabur ya?" tuduh Siska

"Kabur?"

"Kang, kok dibiarin gitu aja sih ada santri yang mau pergi? Harusnya kang Ipul ada bilang dulu, setidaknya ke Ustadz yang ada disini kan?!" omel Lika

Ipul menggaruk tengkuknya. "Afwan, dia bukan santri disini, dia cuma mau kasih buku ini ke Ustadz Rizwan, ayahnya," jelas Ipul, yang di angguki oleh Marwa.

Lika menatap Marwa dari atas sampai bawah. "Bohong pasti."

Marwa membelalakkan matanya. "Bohong dari mana?! Itu udah jelas-jelas akang nya pegang buku, dan saya gak pakek seragam kayak punya kalian. Minimal mikir mbak, jangan asal nuduh," ujar Marwa geram.

Siska menggeleng tidak percaya. "Kita gak percaya, udah, bawa aja dia ke Ndalem, biar dia kapok." titahnya pada Lika.

Tangannya diseret paksa, dan pelakunya adalah Lika. "Eh apaan sih lo, sok asik tau gak!"

"Udah mending kamu diam!" ujar Siska

"Mbak, itu anaknya Ustadz Rizwan," pekik Ipul berkali-kali, namun tidak dihiraukan oleh keduanya.

Buru-buru Ipul mengunci gerbang, dan menyusul mereka, agar Marwa tidak dihukum.

☄️☄️☄️

Marwa dihempaskan begitu saja oleh Lika, ketika dia sudah berada di area Ndalem.

Marwa berdiri, lalu balik mendorong Lika, sehingga tubuh Lika ambruk ke tanah. "Udah gue bilang, gue bukan santri sini, gue gak mondok disini!" sentak Marwa.

Oh ayolah, tangannya sakit, belum lagi pantatnya yang sempat berciuman langsung dengan tanah yang terdapat banyak batu kerikil, huh ngilu sekali rasanya.

"Gak punya sopan santun, kamu ya!"

"Ngaca! Lo juga gak sopan tarik gue sampek tangan gue merah kayak gini. Lo pikir, dengan cara itu lo keren, gitu?!"

Mendengar keributan diluar Ndalem, seorang laki-laki yang awalnya sedang muroja'ah hafalannya merasa terganggu dengan suara bising itu, dan memilih untuk melihat apa yang terjadi.

Kerumunan santri terbelah, kala melihat laki-laki tadi datang dengan wajah tegasnya. Dia anak dari anak pemilik pondok pesantren Al-Habsy—Fathian Safar Alfarizi Al-Hasybi.

"Ada apa ini?!" tanya nya.

Siska menunduk. "Afwan Gus kita membuat keributan, tapi ini juga ada sangkut pautnya sama salah satu santriwati yang ingin kabur."

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang