٧ || Comeback

3.1K 145 10
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Anggap lah kami kaum laki-laki bukan mahram mu bagaikan harimau yang bisa kapan saja bisa menyerang kalian kaum perempuan."

(Al-Askar)

🪐🪐🪐

"Untung kamu tepat waktu Far, saya pikir kamu tidak bisa datang."

Safar tersenyum. "Afwan, saya tadi masih menjadi imam di masjid pesantren, soalnya Abi saya pergi bersama Ummi."

"Gitu toh, ya lagian ndak biasanya kamu hampir telat gini."

Gale datang dengan tergesa-gesa, lalu bernafas lega. "Alhamdulillah, ane pikir ente gak bakalan dateng." Gale mengambil nafasnya dalam-dalam. "Itu kata panitia kita disuruh kesana, sudah mau mulai."

"Yo wes, yok!"

Ketiganya pun naik ke panggung, dan disambut meriah oleh banyak orang. Ya... Al-Askar sudah kembali, bersama dengan lagu yang dinantikan, serta dakwah yang mengandung tamparan keras didalamnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sebelum memulai lagu dan dakwah yang akan kami bawa, kami disini ingin mengucapkan banyak terimakasih karena kalian semua masih menanti kami, Al-Askar. Terhitung sudah tiga bulan kami menghilang dari dunia musik, dan In Syaa Allah hari ini kami sudah kembali untuk memberikan tamparan keras untuk kalian wahay manusya!" Sambutan itu dilakukan oleh Gale, dan tepuk tangan gemuruh terdengar.

"Asek gak tuh?" bisik Gale pada Safar dan Jaka yang hanya dibalas tatapan datar.

"Sekian dulu ya, kami mau mulai, kalo nggak, entar kalian lumutan karena sambutan dari Gale yang tiada habisnya. Sudahi pacaran mari kita Sholawatan! Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Petikan gitar terdengar, diikuti keyboard yang ditekan. Jaka tersenyum, lalu mulai menyanyikan lagu yang dia bawa.

"JAKA SENYUM WOY! ABADIKAN!"

"SAFAR, SENYUM DIKIT DONG!"

Marwa dan Amara memutar bola matanya malas. "Ini mereka niat kesini denger ceramah, atau mau konser sih?! Berisik banget asli!"

Amara mengendikkan bahunya, lalu menatap kearah panggung. Matanya melotot, dengan minuman yang dia semburkan membuat Marwa memekik. "APAAN SIH RA?!" Ya... Untung saja teriakannya tidak didengar, karena saking berisiknya cafe itu.

Amara nyengir. "Itu bukannya Gus Safar?"

Marwa menoleh dan mengangguk, di detik selanjutnya matanya melotot sempurna. "Loh, kunyuk ngapain dia—dia bagian Al-Askar, Ra?"

"Entah, gue juga baru tau. Tapi bentar, kok gue kayak gak asing sama itu laki-laki berdua." Amara mengetuk meja, lalu mengangguk kala mengingat dimana dia pernah bertemu. "Ohh si lemot."

"Hah siapa Ra?"

Amara menunjuk dengan dagu. "Itu lho temen-temennya Gus Safar, mereka pernah ketemu gue, dan pada waktu itu macet gara-gara mobil mereka gak jalan, bukannya cari bantuan malah diem aja, hah lemot banget."

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang