٢٠ || Pantai

2.4K 104 1
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5)

🪐🪐🪐

Hari ini Marwa sudah mulai berkuliah lagi, dan kini dirinya sudah berada di kantin fakultas nya. Dia tadi ingin langsung pulang saja, namun perutnya tidak bisa diajak kompromi, dan berakhirlah dia disini.

Tadi juga dia sudah meminta ijin kepada Safar, dan katanya Safar sendiri yang akan menjemputnya. Entahlah, yang penting perut Marwa sudah oke, dan sekarang lebih baik dia bergegas takut-takut Safar sudah sampai.

"Marwa," panggil seseorang membuat Marwa menoleh.

Geby mendekat ke arah Marwa membuat Marwa mengerjapkan matanya. "Gue mau ngomong sama lo, boleh?"

"Ngapain disini?" tanya Marwa dengan ekspresi bingung.

"Gue satu kampus sama lo, gak nyangka juga sih ternyata kita satu kampus. Tapi gue juga tau baru-baru ini," jelas Geby.

"Jadi gimana, mau kan?"

"Boleh, tapi gue kabarin mas Safar dulu ya, takut dia udah sampek," ucap Marwa dengan nada tidak enak, takut Geby tersinggung.

Geby tersenyum dengan anggukan kepala nya. Melihatnya pun, Marwa turut tersenyum dan segera mengabari Safar jika dia masih ada sedikit urusan. Setelahnya, keduanya pun pergi ke tempat yang ditentukan oleh Geby, tanpa percakapan dan hanya keheningan yang tercipta membuat suasana begitu canggung.

Geby mengisyaratkan Marwa untuk duduk di sebuah gazebo, dan hal itu pun disetujui oleh Marwa.

"Kenapa?" tanya Marwa mengawali percakapan.

Geby menghela nafas panjang, lalu menatap Marwa lekat. "Gue cuma mau bilang, gue gak akan lagi ganggu hubungan lo sama Safar."

"Gue dijodohin sama anak temennya ayah. Awalnya gue nolak keras, dan itu juga jadi alasan gue bertindak agresif ke lo. Gue pikir, kalo gak ada lo pasti Safar mau sama gue. Tapi setelah denger nasehat lo gue jadi sadar, kayaknya ini udah jadi garis takdir gue, dan gue manusia bisa apa selain terima apa yang udah ditakdirkan."

Marwa tersenyum ketika mendengarkan semua ungkapan yang Geby katakan. Rasa syukur serta lega pun turut hadir, karena Geby pun sudah sadar akan kesalahannya.

Tangan Marwa menggenggam tangan Geby erat. "Gue tau sakit merelakan orang yang kita cinta bersama orang lain. Tapi, lo akan dapat ganti yang lebih dari apa yang lo bayangkan, karena Allah maha penyayang. Allah pun sudah menjanjikan dua kali kepada kita di salah satu Surah Al-Qur'an, bahwa disetiap kesulitan pasti ada kemudahan."

Mata Geby berkaca-kaca mendengar ucapan Marwa. "Makasih banget ya, gue gak nyangka lo masih mau ngomong sama gue kayak gini. Tapi gue bersyukur, lo udah sadarin gue, makasih banyak."

Marwa terkekeh geli. "Iya, lain kali jangan main cekek-cekekan lagi ya, jambak-jambakan aja, gue pro soalnya kalo jambak rambut orang."

Geby tertawa mendengar penuturan Marwa. Sungguh, Geby tidak pernah menyangka jika dia akan berbaikan seperti ini dengan orang yang dibenci nya. Dan Geby sekarang tau, mengapa Safar memilih Marwa. Marwan tulus, dan siapapun bisa nyaman ketika didekatnya.

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang