٣ || Berulah

3.7K 153 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kepala salah seorang kalian ditusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya."

(HR. Ath-Thabrani)

🪐🪐🪐

Hari yang indah bagi Marwa, karena semua tugas kuliah telah dia kerjakan, dan hari ini pun tidak ada jadwal kuliah.

Indah sekali bukan? Tentu saja! Setidaknya seharian ini Marwa bisa bebas dari buku-buku itu. Bahkan, kini gadis itu tengah mengambil mangga entah milik siapa.

"Cepetan mbak, ini takutnya ada yang lihat!" bisik salah satu anak yang ikut dengan Marwa.

"Hah? Apaan?!" teriak Marwa

Anak lainnya tersentak kala mendengar teriakan Marwa. "Ish mbak Marwa, jangan kenceng-kenceng toh, nanti ketahuan!"

Marwa cengengesan, lalu memetik satu persatu mangga yang ada di pohon besar itu, bahkan kini dia duduk di atas dahan pohon. Untung saja dahan pohon itu kokoh, jika tidak sudah pasti dahan itu akan patah karena tidak kuat menahan berat badan Marwa.

Gadis itu melempar satu-persatu mangga yang dia dapat kepada anak-anak yang biasa membuntutinya itu. "Udah cukup belum?" tanya Marwa

"Cukup banget ini mah," sahut anak laki-laki.

Marwa memperlihatkan jempolnya. Lalu, dengan hati-hati gadis itu turun dari dahan pohon. Namun bukannya mendarat dengan mulus, Marwa malah terpleset dan akhirnya terjatuh, membuat semua anak-anak itu meringis.

Bukan tanpa alasan Marwa terjatuh, namun mendengar suara melengking dari ibu-ibu yang kini memegang sapu lidi, dan menatap kearahnya tajam.

"Lari!" seru semua anak-anak itu, dan meninggalkan Marwa sendiri.

"Bocah laknat! Tungguin gue woy!"

"Marwa!!!" teriak ibu-ibu tadi, seakan sudah siap menerkam Marwa saat itu juga.

☄️☄️☄️

"Bagaimana, pak?"

"Enggak parah, masih bisa diperbaiki."

"Alhamdulillah."

"Duduk dulu saja, paling lama setengah jam selesai."

Safar tersenyum tipis lalu mengangguk.

Tidak ingin membuang waktunya dengan sia-sia, Safar mulai menggerakkan bibirnya, melantunkan ayat demi ayat yang membuat siapa saja yang mendengarnya akan terhipnotis saking indahnya. Bahkan Mang Kardi—orang yang memperbaiki motor Safar ikut terbuai mendengarnya.

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba saja suara bantingan barang terdengar, membuat dua lelaki itu tersentak. "Pak, ini motor punya gue kok gak selesai-selesai?!"

Laki-laki paruh baya itu berdiri. "Maaf atuh neng, itu udah rusak, gak bisa dibenerin."

"Halah, bilang aja gak niat baikin sepeda motor gue!"

Safar berdiri menghampiri. "Afwan saya ikut campur, tapi tidak sepatutnya kamu meninggikan suara kepada yang lebih tua."

Gadis tadi menoleh kearah Safar, ingin memaki Safar namun tidak jadi karena melihat wajah Safar tidak asing di matanya. "Wajah lo gak asing," ujarnya, dengan tangan yang dilipat.

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang