١٢ || Ancaman

2.6K 118 3
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨

Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda: "Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya."

(HR Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah)

🪐🪐🪐

Mata Marwa menatap gelisah jam tangan dan juga pintu kamar Amara yang tak kunjung terbuka, sudah setengah jam dia menunggu maklum saja jika dia kesal dengan sahabatnya itu. "Lama banget lo monyet!"

"Sabar napa!"

Teriakan demi teriakan itu mampu membuat Ibu Amara—Heni menatap keduanya tajam. "Teriak teros, sekalian obrak-abrik ni rumah!"

Marwa nyengir dengan Amara yang langsung terdiam kala suara Ibu nya terdengar. "Ma Syaa Allah Ibu hari ini cantik banget, mau kemana Bu?" tanya Marwa basa-basi.

"Lupa ya udah ngajak Ibu ke tempat calon suami kamu?!"

Marwa menggaruk tengkuknya. "Marwa ajakin Ibu juga? Kirain gak ikut," ujarnya sedikit terkekeh.

Telinganya ditarik membuat Marwa mengaduh. "Iya Bu bercanda doang!" pekik Marwa.

Pintu kamar Amara terbuka dan menampakkan Amara dengan cengiran polosnya kala melihat Ibu nya menarik telinga Marwa. "Sejak kapan disini Bu?"

Heni memutar bola matanya malas. "Sudah ayo berangkat jangan buang-buang waktu lagi." Dia pun segera meninggalkan keduanya.

"Buset, gue kira Ibu gak bakalan mau ikut," bisik Marwa.

"Gue juga ngira gitu, tapi malah semangat banget katanya mau ketemu calon mantu."

"Padahal calon mantunya masih cari ilmu ya," Marwa menyenggol lengan Amara mengejek. Amara mendengkus kala Marwa tiba-tiba membahas perihal Faga yang entah kemana sekarang.

☄️☄️☄️

"Jika ponsel saja bisa kalian gunakan selama ber jam-jam, lantas mengapa kalian ndak sanggup untuk menyentuh bahkan membaca Al-Qur'an yang sudah pasti menemani kita di alam kubur nanti?"

"Setidaknya setengah lembar sehari, setelah terbiasa tambahkan setengah lembar lagi, terus seperti itu. Tanpa kalian sadari dengan kalian seperti itu juga ngaruh dalam kehidupan sehari-hari kita."

"Coba ane tanya deh, emang itu hp nya bisa ente bawa ke kubur?"

"Nggak!"

Safar mengangguk sekali. "Terus mengapa masih lebih mementingkan hp? Jika memang mau main hp, setidaknya luangkan untuk menyebarkan dakwah dakwah Ustadz atau kata-kata motivasi."

"Alasannya tidak mau menyebarkan ada yang malu, takut di hate komen, lah terus mau kalian begimana ane tanya." Gale meletakkan tangannya di pinggang seperti memarahi anak-anaknya.

"Tapi ada juga yang menyebarkan tapi dia sendiri tidak mengamalkannya itu gimana?" tanya salah satu orang.

"Banyak sih yang kayak gini, itu ente kasih dakwah motivasi atau segala macem yang bisa membuat orang lain berubah, terus kenapa ente nggak ngelakuin juga? Buat apa jika menyebarkan dakwah tapi tidak mengamalinya? Gak ada gunanya, pahalanya gak bakalan balik ke ente, kecuali ente sendiri mengamali ilmu yang ente bagi itu."

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang