✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨
"Izinkan saya menjadi imam dalam membimbingnya untuk semakin mencintai, mengingat, serta selalu rindu akan kehadiran Allah beserta junjungan kami Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam."
(Fathian Safar Alfarizi Al-Hasybi)
🪐🪐🪐
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Masuk saja Wan!" ujar Kyai Hanan.
Rizwan tersenyum, lalu bersalaman dengan Kyai Hanan dan duduk disampingnya. "Punten Kyai, ada masalah apa sampai Kyai memangil saya? Apa ada yang kabur lagi, Kyai?"
Kyai Hanan terkekeh. "Alhamdulillah sudah tidak ada, maksud saya memanggil mu kemari, saya ingin kamu menjadi saksi anak saya dalam meminang putri dari teman saya."
"Ma Syaa Allah, Gus nya sudah mau menikah ternyata."
Safar tersenyum tipis dengan tatapannya yang berbeda dari biasanya. Entahlah, apa arti dari tatapan itu, Rizwan pun tidak begitu mempermasalahkannya.
"Mau berangkat sekarang, Kyai?" tanya Rizwan.
Tidak menjawab, Kyai Hanan malah menatap Safar lagi. "Benar sudah yakin?"
Safar berdehem, lalu mengangguk sekali. Respon yang sangat berbeda ternyata. Kyai Hanan tersenyum tipis melihatnya. "Siapa yang kamu inginkan sebenarnya, nak?"
Safar melirik Rizwan yang menunggu reaksinya, sama dengan Kyai Hanan. "Tidak ada Abi," ujarnya ragu.
"Yakin?" Lagi, Kyai Hanan bertanya, tangannya pun turut serta menepuk pundak Safar. "Jika memang ingin menolak tidak apa, kamu tidak perlu merasa tidak enak karena menolak untuk meminang gadis yang Abi katakan tadi malam. Abi tidak memaksa, nak."
Senyuman menenangkan Kyai Hanan tunjukkan. "Lagipula Abi belum benar-benar berunding dengan ayah yang akan menjadi calon mu itu."
Rizwan menganggukkan kepalanya. "Benar Gus, yang menjalankan pernikahan ini kan Gus nya. Jika memang ada gadis yang Gus inginkan, lebih baik meminang gadis itu saja."
Safar terkekeh kecil. "Bener Bi tidak apa-apa?"
"Iya," ujar Kyai Hanan.
Safar mengambil nafas dalam-dalam, lalu tatapannya berubah arah dimana tempat Rizwan berada. "Bismillahirrahmanirrahim atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala, saya Fathian Safar Alfarizi Al-Hasybi ingin meminang putri Ustadz Rizwan, dengan niat ingin menjadikannya pelengkap agama saya, pelengkap tulang rusuk saya, bahkan menjadi madrasah pertama dari anak-anak saya kelak."
"Izinkan saya menjadi imam dalam membimbingnya untuk semakin mencintai, mengingat, serta selalu rindu akan kehadiran Allah beserta junjungan kami Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam."
Safar mengambil nafas lagi. "Jadi bagaimana Ustadz, apakah Ustadz menerima pinangan saya?"
Kyai Hanan tersenyum menatap anaknya, sedangkan Rizwan bengong sedari tadi, bahkan berniat untuk menjawab pertanyaan Safar pun seakan enggan saking terkejutnya.
☄️☄️☄️
"Bun, nanti Amara mau kesini katanya."
"Yaudah, nanti sisain juga buat Amara brownies nya."
"Gak usah Bun, dia mah gak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muallaq (End)
Random(Part masih lengkap, dan dalam proses penerbitan) Niat ingin memberikan buku ayahnya yang ketinggalan, malah dituduh ingin kabur dari pesantren, yang benar saja! Gadis yang kerap disapa Marwa ini yang mengalaminya. Dan karena kejadian itu pula dia m...