✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨
''Jika seseorang menceritakan suatu peristiwa kemudian ia diperbaiki, maka cerita itu menjadi amanah.''
(HR At-Turmudzi dari Jabir bin Abdullah)
🪐🪐🪐
Bulan sudah tampak menghiasi langit malam, yang senantiasa ditemani oleh ribuan bintang disekitarnya. Sangat indah, namun tak seindah perasaan kedua orang yang kini memilih untuk duduk di pelataran masjid, seakan enggan untuk menampakkan wajah tidak enak kepada orang dirumah.
Tangan Marwa menyatu dengan tangan yang lain, berbagai pertanyaan menyerang pikirannya, membuat dia enggan untuk menjelaskan tentang laki-laki tadi kepada Safar.
Safar pun begitu, memilih diam dan menatap indahnya langit malam. Sudah ditebak bagaimana suasana hatinya, apalagi penjelasan yang ditunggunya tak kunjung dia dapatkan.
Helaan nafas terdengar yang reflek dilirik oleh Marwa. "Mau pulang?" tawar Safar, benar-benar tidak tahan dengan keheningan yang sedari tadi tercipta.
Marwa melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Mereka memang menetap sampai selesai melaksanakan sholat Isya', namun setelahnya mereka malah memilih untuk menetap lebih lama di sana.
"Tapi saya masih gak mau pulang," ketus Marwa
Safar menoleh, harusnya dirinya yang merasa marah karena ada seorang laki-laki yang sudah menelepon istrinya, namun mengapa seakan Marwa yang marah akan dirinya.
Marwa melirik Safar yang menatapnya lekat, seakan ingin melubangi wajahnya saat itu juga. "Gak usah natap saya gitu," ucap Marwa lalu berdiri dari duduknya.
"Saya mau pulang ke rumah orang tua saya," tutur Marwa
Safar terkejut mendengarnya. "Saya salah apa sampai mengharuskan kamu pulang ke rumah orang tua mu? Harusnya kamu yang menjelaskan kepada saya perkara tadi," balas Safar.
Marwa berdecak. "Iya tau, makanya saya mau pulang. Saya mau jelasin itu di rumah saya, soalnya saya juga gak mau ada rahasia-rahasia lagi." Matanya melirik Safar tajam. "Tapi saya juga mau Mas Safar jelasin masalah Mas sama Reta di masa lalu ke saya, hari ini!"
Setelah mengucapkan hal itu, Marwa meninggalkan Safar yang masih mencerna ucapan Marwa. Apa Marwa sudah mengetahui tentang masa lalu nya? Dan sejak kapan?
Semua pertanyaan itu seketika buyar kala melihat Marwa yang kesusahan memasang kaitan helm nya. Tidak tahan melihat istrinya yang kesulitan seperti itu, Safar pun beranjak ingin membantu.
Sedangkan Marwa yang sudah kesal menjadi semakin kesal karena kaitan helm nya tak kunjung bisa dipasangkan, ingin rasanya membanting helm yang dikenakannya ini. Namun, sebelum melakukannya, Safar lebih dulu mengkaitkannya.
"Lain kali minta bantuan jika memang butuh," ujar Safar lalu segera menumpangi motor nya itu.
Marwa berdecih, lalu segera duduk di jok belakang tanpa bersuara lagi.
☄️☄️☄️
Setelah melaksanakan sholat Isya', laki-laki yang kerap dipanggil Awan kini duduk di depan komputernya. Sudah menjadi hobi jika dia meretas beberapa akun perusahaan yang menjadi saingan bisnis Papa nya. Karena dengan begitu, perusahaan lain tidak akan berani mengganggu perusahaan Papa nya lagi.
Ketukan pintu terdengar yang disusul oleh suara lembut perempuan yang menjabat sebagai Bunda nya. Dengan membawa nampan berisi susu coklat kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muallaq (End)
Random(Part masih lengkap, dan dalam proses penerbitan) Niat ingin memberikan buku ayahnya yang ketinggalan, malah dituduh ingin kabur dari pesantren, yang benar saja! Gadis yang kerap disapa Marwa ini yang mengalaminya. Dan karena kejadian itu pula dia m...