✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 216)
🪐🪐🪐
Marwa memberontak beberapa kali, namun kekuatannya kalah dengan gadis bertopeng ini. Mata Marwa menatap sekeliling, dan menemukan gitar milik Safar.
Terus dia gerakkan tubuhnya, sampai tiba di dekat gitar itu. Tangannya mencoba untuk menggapai gitar coklat itu, namun tidak sampai. Sedangkan itu, cekikan nya semakin mengerat, membuat Marwa tidak bisa bernafas.
"S-siapa, k-kamu?" lirih Marwa.
Seringai kejam tercipta dibalik topengnya itu, namun aksinya segera terhenti kala ada yang menariknya ke belakang, bersamaan dengan itu cekikan nya pun ikut terlepas.
Marwa terbatuk-batuk, membuat Lika yang menolong Marwa menghampiri gadis itu. "Ning? Ning gapapa?"
Tubuh Lika terhempas kebelakang, orang yang mengenakan topeng itu menatap Marwa tajam, lalu mendekati gadis itu lagi. Namun tangan Lika mencekal kaki orang itu. Dengan kesal dia kembali menghempaskan kakinya, membuat Lika terpental.
Marwa panik, dan segera menggapai gitar Safar. "Diem disitu, atau saya akan memukul kamu!" ujar Marwa yang masih terengah-engah.
Tawa kencang terdengar. "Pukul aja, gue bakal bales lo pakek ini," ujarnya dengan mengeluarkan sebilah pisau dibalik Hoodie yang dikenakannya.
Marwa was-was, orang itu bisa saja melempar pisau itu kepadanya detik itu juga.
Langkah orang itu mendekat, dan langkah Marwa bergerak mundur. Hal itu terus terjadi sampai Marwa terpojok. "Kamu mau apa sebenarnya?!"
"Gue?" Tawa sinis nya menguar lagi. "Gue mau pergi jauh dari tempat ini, gue mau lo menderita, dan gue mau lo mati!"
Marwa melirik Lika yang berusaha untuk berdiri. Dengan kode, Marwa menggelengkan kepalanya dan melirik ke arah jendela, seakan mengode Lika untuk meminta tolong saja. Dan, untung saja Lika mengerti dan segera pergi untuk mencari bantuan.
"Enak banget ya hidup lo bisa nikah sama Safar, padahal gue duluan yang kenal dia. Dan harusnya gue yang nempatin posisi ini!" teriak orang itu.
Marwa terdiam beberapa detik. "Geby?"
Plak!
Orang yang ternyata Geby itu menunjuk Marwa dengan telunjuknya. "Gue gak minta lo nyebut nama gue!"
Marwa diam, meresapi rasa panas yang menjalar di pipinya. Beberapa saat matanya menoleh, menatap Geby lekat. "Gue tau lo marah karena gue nikah sama Mas Safar, tapi lo juga harus tau, dengan begini lo sama aja nyiksa diri lo sendiri," timpal Marwa.
"Diem sialan!"
"Geby, lo pantes bahagia. Dalam waktu dekat ataupun lama, gue yakin lo pasti dapet yang lebih baik dari Mas Safar."
Geby menunduk dengan tangannya yang terkepal. Berusaha keras menahan cairan kristal yang siap meluncur turun membasahi pipi nya. Namun sia-sia saja, cairan itu akhirnya lolos dengan isak tangis yang juga ikut serta mengisi keheningan.
"Sesuatu yang menurut lo sendiri baik belum tentu hal itu baik, dan menurut lo itu buruk, belum tentu hal itu buruk untuk hidup lo. Kita hidup udah punya takaran masing-masing, dan udah seharusnya kita bersyukur atas semua yang udah dirancang Allah, karena Allah tau mana yang baik dan tidak baik bagi hamba-hamba nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muallaq (End)
Random(Part masih lengkap, dan dalam proses penerbitan) Niat ingin memberikan buku ayahnya yang ketinggalan, malah dituduh ingin kabur dari pesantren, yang benar saja! Gadis yang kerap disapa Marwa ini yang mengalaminya. Dan karena kejadian itu pula dia m...