✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨
“Dan balasan suatu kejahatan ialah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah. Dan Allah tidak menyukai orang orang yang zalim”
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 40)
🪐🪐🪐
Matanya yang menatap Safar dengan tatapan teduh, berubah menjadi tatapan tajam. "Gimana kalo saya hancurin aja sekalian hidupnya?"
"Marwa?"
Marwa berdecak. "Saya yakin Mas Safar gak bakalan ijinin saya. Tapi coba dipikir lagi Mas, semua data-data tentang kebusukan cewek itu ada di tangan saya. Kalo mau detik ini pun saya bisa buat hidupnya menderita, lebih dari apa yang Safar rasakan," ujarnya mantap.
Helaan nafas terdengar. Perlahan tapi pasti, Safar membawa istrinya yang tengah dikuasai rasa dendam itu ke dalam pelukannya, dan memberikan elusan lembut di rambutnya yang tertutup Khimar.
"Saya tau kamu marah, saya pun juga begitu. Apalagi hari itu saya merasa tidak diadili sama sekali, namun saya percaya Allah adalah sebaik-baiknya penolong. Biarlah Allah yang membalasnya, dan kita cukup diam menerima setiap hikmah yang sudah terjadi didalam hidup kita."
Marwa mendongak. "Saya cuma mau ungkap kebusukannya itu, apalagi nyawa saya sendiri terancam karena dia terobsesi sama Mas Safar!"
"Istighfar Zaujati, kamu tau sendiri, Allah tidak pernah mengijinkan kita untuk membalas dendam, Allah murka jika kita memiliki dendam, itu salah satu sifat penyakit hati."
"Saya tau, tapi dia selalu ganggu saya, dia mau bunuh saya, mau pisahin saya dari Mas Safar. Saya capek diganggu terus, Mas. Emangnya salah ya jadi istrinya Mas? Emangnya cuma dia yang berhak jadi istri Mas?!"
Dada Marwa naik turun karena emosi, bahkan air matanya pun turut mengalir begitu saja. Safar menatap sendu istrinya, jika saja Marwa tidak menikah dengannya apakah Marwa akan baik-baik saja? Namun sungguh, tidak rela rasanya jika Marwa berakhir bersama laki-laki lain.
Hanya pelukan yang bisa Safar berikan untuk saat ini. Biarlah seperti ini dulu, sampai kemarahan istrinya ini mereda.
Marwa melepaskan pelukan keduanya, dan menatap mata Safar serius. "Mas, kalo dia godain Mas Safar, pergi jauh-jauh ya. Saya tau dia lebih cantik daripada saya, tapi saya gak terima kalo Mas sama dia. Saya istrinya Mas, cuma saya yang boleh jadi istrinya Mas, bahkan bidadari surga pun gak boleh!"
Safar yang awalnya menatap Marwa serius pun menjadi terkekeh mendengar ucapan istrinya. "Kenapa jadi bawa-bawa bidadari, hm?"
"Saya pernah nemu nih di sosmed, kalo laki-laki itu aslinya mendapatkan dua istri, yang satu di dunia, dan satunya lagi di akhirat. Dan di akhirat akan ada dua bidadari yang akan jadi istri nya Mas."
Matanya memicing tajam. "Awas aja kepincut bidadari surga. Saya tau, saya gak Sholehah kayak mereka, tapi saya kan istri nya Mas!"
Sepanjang Marwa bercerita Safar hanya tersenyum-senyum melihat melihatnya, sungguh menggemaskan sekali istrinya ini.
"Mas Safar denger gak sih?!"
Marwa mengatupkan bibirnya teringat jika dia memarahi suaminya, kedua bidadari itu akan semakin ingin memiliki Safar. Matanya pun menatap ke atas dengan tatapan tajam. "Apa lo berdua, mau ngakuin Mas Safar suami kalian, suami gue kali! Mentang-mentang bidadari surga!"
Meledak sudah tawa Safar mendengar ocehan tidak jelas Marwa. Tangannya pun turut mengacak Khimar istrinya itu, bahkan sempat-sempatnya mengunyel-uyel pipi Marwa yang chubby, merasa gemas dengan istrinya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muallaq (End)
Random(Part masih lengkap, dan dalam proses penerbitan) Niat ingin memberikan buku ayahnya yang ketinggalan, malah dituduh ingin kabur dari pesantren, yang benar saja! Gadis yang kerap disapa Marwa ini yang mengalaminya. Dan karena kejadian itu pula dia m...