٩ || Menyebalkan

2.8K 126 1
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kita itu jangan terlalu bergantung terhadap apa yang kita mau, karena kita ndak tau mana yang terbaik buat kita. Ujung-ujungnya jika ndak sesuai ekspektasi, kita malah menyalahkan Allah, itu yang salah, karena rencana Allah itu lebih baik daripada manusia yang hanya bisa merancang yang menurutnya baik, padahal aslinya itu ndak baik."

(Muhammad Jaka Basari)

🪐🪐🪐

"Lo terima?"

Marwa melirik Amara. "Gue gantung."

"Terus kapan lo bilang terima atau nggak nya?"

"Dia kasih gue waktu seminggu." Marwa memilin jarinya.

"Yaelah, itu mah cukup banget cuma buat mikir."

"Cuma apanya?! Kecepatan itu mah!"

"Seminggu itu lama ya monyet, gak perlu banyak mau gitu lo."

Marwa berdecak. "Ini masalahnya perasaan gue masih—" Bukannya meneruskan pembicaraan, Marwa malah membuang nafasnya kasar.

Amara yang mengerti pun tersenyum. "Lo masih gamon ya ternyata."

"Kagak!" bantah cewek itu.

Amara memegang kedua pundak Marwa. "Lo gak perlu bohong gitu, gue tau lo bukan setahun dua tahun Wa."

Marwa membuang wajahnya. "Gue udah move on, semenjak tau lo sama kak Faza sama-sama suka."

"Wa... Apa salahnya sih jujur, gue gak bakal marah juga."

Marwa menyentak bahunya. "Udah deh Ra, gak usah bahas itu. Sekarang masalahnya ini gue gimana, gue juga belum yakin kalo dia tulus dari diri sendiri ngelamar gue."

"Kenapa gitu?"

"Ya lo pikir aja, dia seorang Gus, mana alim banget, mana mau sama modelan kayak gue."

Amara menyentil dahi Marwa. "Kurangin merendah dirinya, lo itu udah wow banget tanpa lo sadari. Inget, Allah udah menentukan nasib setiap hambanya lama sebelum kita ada di dunia ini. Siapa tau memang Gus Safar itu seseorang yang Allah kirimkan untuk lo."

"Tapi gue masih gak yakin."

"Mending lo samperin deh itu Gus Safar, tanyain semua yang ganjel di hati lo."

"Dih ogah, males banget gue nyamperin."

"Yee ini mah lo nya gak ada usaha!"

Marwa menjatuhkan kepalanya di pundak Amara. "Gue males kesana karena gue pernah dituduh kabur dari sana, males ketemu santri sana lagi," gumamnya.

"Hm? Kok gue gak tau? Kapan?" cecar Amara.

"Udah lama sih, tapi males banget tauuu."

"Ya gak mungkin juga mereka nuduh lo dua kali, Wa."

"Tapi kan males, ngerti males gak sih lo?!"

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang