٢٧ || Penculikan

1.9K 96 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sejatinya manusia yang paling dicintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci oleh Allah dan paling jauh tempat duduknya adalah pemimpin yang zalim."

(HR At-Tirmidzi)

🪐🪐🪐

Malam itu, setelah menceritakan tentang masa lalu nya, Marwa menenangkan Safar sampai suaminya itu tertidur dalam pelukannya. Tak memungkiri, hati nya turut sakit mendengar cerita Safar, apalagi pada bagian Kyai Hanan yang hampir saja dipenjarakan, karena disangka berbohong.

Itu memang tidaklah adil, namun bagaimanapun ketidakadilan yang kita dapatkan di dunia ini, kita akan dapat keadilan diakhirat kelak.

Hari ini, Marwa dijemput oleh Amara, karena keduanya kebetulan memiliki jadwal hari ini. Awalnya Safar ingin dirinya yang mengantar Marwa saja, namun Marwa merengek ingin bersama Amara saja. Sebab dia sudah lama tidak berjumpa dengan sahabatnya itu, membuatnya ingin menghabiskan waktu sepulang kuliah nanti.

"Kalo gue masih gak ada, lo nunggu disini, oke? Jangan kemana-mana, awas aja!" ancamnya, membuat Marwa memutar bola matanya malas. "Gue bukan anak kecil kali, Ra."

"Lo bukan anak kecil, tapi diperut lo itu ada ponakan gue!" balas Amara merasa geram.

"Iya iya deh, nyerah gue."

Amara menundukkan kepalanya tepat pada perut Marwa yang sudah sedikit menonjol. "Assalamu'alaikum ponakan onti, kamu pengap gak di dalam sana? sabar dulu ya sayang, beberapa bulan lagi, kamu pasti udah gak pengap lagi dan bisa liat dunia ciptaan Allah. Onti bakalan jagain kamu sampek kamu lahir jangan khawatir, oke?"

Marwa tersenyum tipis sambil mengelus perutnya. "Oke onti, tapi dedek mau martabak manis sama bakso hari ini," ucap Marwa dengan suara seperti anak kecil.

Amara menegakkan badannya, lalu menjitak kepala Marwa. "Itu mah maunya elo!"

Marwa terkekeh. "Yaudah gih ke kelas, gue juga bentar lagi ada kelas nih."

"Inget ya, setelah kelas lo udah gak ada, tunggu disini, jangan kemana-mana!" peringat Amara lagi, yang dibalas anggukan malas dari Marwa.

Sudah Marwa katakan kan, jika Amara mengulang-ulang selalu kata-kata itu, membuatnya malas menanggapi lebih jauh lagi.

Marwa melihat punggung Amara yang sudah menjauh. Entah mengapa sejak tadi sungguh hatinya merasa gelisah, meskipun begitu dia berusaha untuk menepis rasa yang tiba-tiba membuat dada nya sesak itu. Kaki nya pun melangkah kecil meninggalkan tempat itu dan menuju ruangan tempatnya menerima materi hari ini.

Jauh dari tempat Marwa, senyum miring tersungging pada bibir tipis milik seorang gadis yang terlibat penuh dalam masa lalu kelam Safar. Ya, dia Floreta Azyani.

"Bener kata Papa, cewek itu hari ini cuma sama sahabatnya, gak ada Safar disekitarnya." Terkekeh geli. "Gue pastiin lo hancur hari ini, Marwa." ucapnya, lalu memencet salah satu nama untuk menelepon seseorang.

"Pa, kirim dua atau tiga orang, itu udah cukup," ujarnya dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

☄️☄️☄️

Netra coklat gelap milik Awan menatap lekat komputer dihadapannya, tangan lentiknya pun menari-nari diatas keyboard tanpa henti. Ini mengenai ancaman yang didapatkannya beberapa hari yang lalu, itu benar-benar membuatnya gelisah.

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang