✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨
"Ucapkan, Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah, Engkau mencintai untuk
memaafkan maka maafkan hamba -Mu".(HR at-Tirmidzi no: 3513)
🪐🪐🪐
Hari berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Sudah banyak perubahan disetiap tahunnya. Contohnya Amara yang kini sudah menjadi seorang istri dari seseorang yang selama ini dia tunggu-Faza. Bahkan tahun ini pun dia sudah mengandung untuk anak keduanya.
Bagaimana dengan Gale dan Geby? Dua G itu sama-sama menampakkan sisi romantis mereka belakangan ini. Mereka pun kini dikurinai seorang anak yang kini berusia empat tahun.
Lalu Jaka dan Fahmi? Tentu saja mereka telah menikah! Fahmi pun menepati janjinya kala istrinya memasak, dia tidak pernah membaginya kepada siapapun, terutama adiknya- Safar. Masih ingat dulu dia tidak diperbolehkan oleh adiknya itu untuk memakan masakan Marwa? Tentu saja karena hal itu Fahmi juga ingin pelit terhadap masakan istrinya sendiri. Enak saja, dia tidak diberikan waktu itu, terus dia memberikannya cuma-cuma, tidak semudah itu to. Meskipun Fahmi sendiri tidak mengetahui penyebab Safar tidak ingin berbagi saat itu.
Baiklah, kembali pada topik. Hari ini adalah tahun keenam setelah kejadian menyebalkan itu. Dan hari ini pula, salah satu anak Marwa dan Safar sudah menginjak dua tahun. Tidak ada perayaan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, hanya saja, Safar dan Marwa selalu berinisiatif membagikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan tepat pada hari kelahiran anak-anak mereka.
"Umma!" teriak dua laki-laki berumur lima tahun, yang memiliki paras wajah yang sama. Hanya saja, perbedaan mereka terletak pada tahi lalat dibawah mata sebelah kiri, salah satu bocah laki-laki itu.
"Jangan lari-lari," peringat Marwa yang masih sibuk memasukkan beberapa kotak berisi nasi serta lauk pauk, untuk dibagikannya.
"Umma," rengek salah satu bocah dengan tahi lalat itu- Azra.
"Kenapa anakku sayang lope-lope, hm?"
Netra nya menatap kembarannya yang lebih tua tujuh menit dengannya itu. "Liat Azlan, dia ndak mau ngomong pas di ajak ngomong sama Azla," ujarnya dengan merajuk, dengan loga cadel yang masih melekat pada bocah lima tahun itu.
Azlan berdecak, lalu menatap Umma nya. "Azra cerewet, Azlan males nanggepinnya," balas Azlan. Beda dengan Azra yang cerewet dan cadel, Azlan sudah menunjukkan sifat irit bicara nya dan tentunya dia sudah tidak cadel.
Marwa menunduk menyamai tinggi nya dengan dua anak kembarnya itu. Tangannya merentang, dan tentu saja keduanya dengan senang hati memeluk sang Umma erat.
"Istighfar," ujar Marwa, yang langsung dilakukan oleh keduanya.
"Inget kata Baba?" Keduanya menunduk, lalu mengangguk.
"Apa katanya?" tanya Marwa
Dua tangan mungil itu saling bertaut merasa gugup. "Ndak boleh belantem, apalagi sama saudala sendili." Itu suara Azra dengan gugup.
"Dan saling menasehati dengan baik, ndak boleh kasar, kalo salah satunya salah," lanjut Azlan cepat.
Marwa tersenyum tipis, nasehat kecil yang selalu diucapkan suaminya itu melekat pada ingatan mereka. Bukankah anak-anaknya begitu pintar dan menggemaskan? Huhu, rasanya ingin memeluk dua tuyul nya ini dengan erat sampai sesak nafas, namun jika kedua anaknya kehabisan nafas kan bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muallaq (End)
Random(Part masih lengkap, dan dalam proses penerbitan) Niat ingin memberikan buku ayahnya yang ketinggalan, malah dituduh ingin kabur dari pesantren, yang benar saja! Gadis yang kerap disapa Marwa ini yang mengalaminya. Dan karena kejadian itu pula dia m...