✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨
"Dan dia (Ya'qub) berkata, "Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal."
(QS. Yusuf 12: Ayat 67)
🪐🪐🪐
Bruk!
Marwa menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuknya itu, dan melempar asal kaos kaki nya. "Serius gue harus nikah sama itu cowok?" gumamnya, lalu mengacak Khimar nya sehingga Khimar nya berantakan.
"Asli deh sebel banget sama Gus Safar! Kenapa gak gue tonjok aja ya tadi muka songong nya?!" Tangannya terkepal seakan-akan ingin memukul sesuatu.
Suara ketukan pintu terdengar, namun Marwa masih bergeming tak berniat untuk membukakannya.
"Marwa? Bunda masuk ya?" Tidak ada sahutan, Atifa pun masuk kedalam kamar Marwa.
Terlihat Marwa tidur telentang, dengan mata yang ditutup. Namun Atifa yakin, anaknya itu tidak benar-benar tertidur.
"Bangun, atau bunda siram?"
Marwa mengerang sebal. "Bunda mah gitu!"
Atifa terkekeh geli, lalu duduk disamping anaknya yang masih tetap dengan posisinya. "Kamu kenapa lagi, hm?"
"Gak apa-apa," sahutnya lirih.
"Gak apa-apa kok mukanya ditekuk gitu, coba cerita sama bunda."
Marwa pun duduk bersila dan menatap bundanya dengan sedikit jengkel. "Bunda, beneran nih Marwa mau dinikahin sama Gus Safar?"
"Kenapa emangnya?"
"Dia nyebelin Bun! Masa tadi Marwa diusir, Marwa cuma mau ketemu ayah aja gak dibolehin, nyebelin!" pekik Marwa, membuat Atifa menutup telinganya.
"Lho, bukannya kamu bilang mau ketemu Gus Safar?"
"Itu emang tujuan awal Marwa, tapi dia nya nyebelin gak jadi deh jadinya." Tangannya bersidekap dengan wajah yang semakin ditekuk.
Tangan Atifa mengusap kepala Marwa lembut. "Marwa belum sholat istikharah ya?"
Marwa menggeleng, membuat Atifa tersenyum. "Mending Marwa sholat istikharah dulu ya sayang? In Syaa Allah, dalam seminggu kamu akan temukan jawaban yang pasti."
Atifa menyentuh tangan Marwa. "Semua keputusan ada di Marwa, ayah sama bunda nggak akan maksa Marwa."
"Tapi bunda ngarep Marwa sama Gus Safar kan?"
"Jujur bunda seneng sama Gus Safar, bunda bisa liat dia imam yang baik buat kamu. Dia bisa bimbing kamu untuk semakin mencintai dan dekat dengan Allah."
"Tapi dia nyebelin Bun," lirih Marwa.
"Liat dulu hasil istikharah kamu, jangan mengambil keputusan terburu-buru. Gus Safar juga kan udah kasih kamu waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muallaq (End)
Random(Part masih lengkap, dan dalam proses penerbitan) Niat ingin memberikan buku ayahnya yang ketinggalan, malah dituduh ingin kabur dari pesantren, yang benar saja! Gadis yang kerap disapa Marwa ini yang mengalaminya. Dan karena kejadian itu pula dia m...