١١ || Khitbah

2.7K 134 4
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Dengan kehendak Allah saya meminang kamu, dan pada saat itu pula saya sudah harus siap menerima semua yang ada di diri kamu. Baik atau buruknya kamu di masa lalu, saya tidak mempermasalahkan hal itu."

(Fathian Safar Alfarizi Al-Hasybi)

🪐🪐🪐

Semenjak Atifa keluar dari kamarnya, Marwa tidak berhenti mondar-mandir. Bibirnya komat-kamit menghafalkan sesuatu, namun bukannya tenang dia malah semakin gugup. Satu atau dua patah kata itu memang sangatlah mudah diucapkan, namun dia takut akan respon Safar nanti bagaimana.

Marwa menggigit jarinya, dengan mata yang bergulir menatap jam dinding yang menunjukkan sebentar lagi Safar akan datang. "Monyet banget eyy, gue kenapa jadi gugup gini?!"

"Tenang Wa, lo gak sepengecut itu cuma mau tanya hal itu doang."

Marwa mulai mengatur nafasnya agar lebih tenang. "Semangat, gue tau lo bisa!" ujarnya dengan tangan terkepal.

Tok! Tok! Tok!

Badan Marwa menegang kala mendengar ada yang mengetuk pintu.

"Wa, Gus Safar sudah ada di bawah. Bunda tunggu di tangga ya sayang?!"

"I-iya Bun!" Terdengar tapak kaki yang menjauh dari kamarnya, dan itu berhasil membuat Marwa panas dingin. "Kurang lebih kayak di latihan, pokoknya lo harus ngomong gitu gak mau tau!"

Sebelum benar-benar keluar, Marwa memeriksa penampilannya. Serba hitam, entahlah bunda nya yang menginginkan penampilan Marwa seperti ini. Merasa sudah rapi, Marwa mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya.

☄️☄️☄️

Atifa tersenyum melihat Marwa. "Bunda tau kamu gugup, tapi bunda yakin kamu bisa bilang apa isi hati kamu. Dan satu lagi, kamu harus jaga pandangan, gak boleh sembarangan lirik-lirik Gus Safar, apalagi disana juga ada Kyai Hanan sama Ummi Hasna."

"Hah?! Kok mereka juga ikut?!"

"Percaya diri aja," ucap Bunda nya itu. Atifa pun menggiring anak semata wayangnya itu ke arah ruang tamu.

Suara percakapan yang terdengar semakin jelas, membuat Marwa ingin kabur saat itu juga. "Tahan Wa, jangan sampek lo malu-maluin."

Mendengar tapak kaki yang mendekat, orang-orang yang ada di ruang tamu memilih berhenti berbicara dan menatap siapa gerangan yang datang. Terkecuali Safar yang kini menunduk dengan tangannya yang mulai mendingin.

Rizwan tersenyum tipis melihat kedatangan anak gadisnya. "Kyai, Ummi, ini anak saya Marwa," ujar nya memperkenalkan Marwa.

Marwa tersenyum, lalu menghampiri Ummi Hasna dengan dia mencium tangan perempuan paruh baya itu. "Aduh, ndak nyangka kita ketemu lagi yo nduk. Makin ayu saja Ummi liat."

"Nggih Ummi, Aamiin Alhamdulillah." sahut Marwa.

Kini Marwa beralih pada Kyai Hanan, dengan tangannya yang dia tangkup.

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang