✨بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم✨
"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191)
🪐🪐🪐
"Orang tua kamu pulang hari ini kan?" tanya Safar dengan tangan yang menggapai tangan istrinya.
Marwa mengangguk lemas. "Saya bakalan kangen mereka dong," ujarnya.
"In Syaa Allah, jika saya ada waktu luang, kita akan sering-sering menjenguk mereka," ujar Safar menenangkan.
"Beneran Mas?!" Mata Marwa berbinar membuat Safar tak bisa menahan untuk tidak mengusap pucuk kepala Marwa.
Kini keduanya sudah berdiri di pinggir jalan, dengan mata yang menatap ke kanan dan ke kiri ingin menyeberang, entah kenapa hari ini kendaraan begitu ramai.
Genggaman Safar mengerat kala keduanya sudah ingin menyeberang, namun tautan tangan mereka terpaksa terlepas kala Safar mendorong gadis yang tiba-tiba memeluknya erat.
"Apa maksud kamu, sehingga dengan lancangnya memeluk saya?!" geram Safar dengan nada rendahnya.
Tangan Marwa menyentuh tangan Safar mencoba untuk menenangkan suaminya yang tengah dilanda emosi itu. Terlihat gadis itu berdiri, namun perkataan yang gadis itu ucapkan mampu membuat Marwa mengubah ekspresi nya.
"Mas, kenapa kamu sekarang berubah. Katanya kamu mau tanggung jawab!" teriak gadis itu
Tangan Marwa terangkat memperingati Safar agar tidak menjawab. "Tanggung jawab apa maksudnya, mbak?" tanya Marwa ingin tau lebih apa maksud gadis itu.
"Laki-laki ini sudah menghamili saya. Ada anaknya di perut saya sekarang, dan dia berjanji untuk bertanggung jawab atas perbuatannya ini!" Tangisannya terdengar pilu.
"Tapi dia malah menikahi wanita lain," lanjutnya.
Matanya melirik Marwa yang kini menunjukkan ekspresi yang seakan mempercayai omong kosong nya ini. Senyum sangat tipis yang penuh dengan kepuasan dia perlihatkan, tidak menyangka juga jika Marwa mudah sekali dia bohongi.
"Astagfirullah, demi Allah saya tidak pernah melakukan hal bejat seperti itu!" bantah Safar.
Safar menoleh kearah Marwa, namun wajahnya tiba-tiba pias melihat Marwa yang menatapnya dengan tatapan kecewa. "Saya tidak pernah seperti itu," ujar Safar dengan gelengan lemah berusaha meyakinkan Marwa bahwa hal itu tidak pernah dilakukannya.
Marwa kembali menoleh kearah gadis itu. "Yakin mbak? Suami saya gak mungkin ngelakuin hal itu. Mbak nya salah orang kali," tutur Marwa.
Gadis tadi menggeleng cepat. "Nggak, saya ingat bahwa dia yang bermalam dengan saya waktu itu. Dia memaksa saya untuk melakukannya, dan dia berjanji untuk bertanggung jawab jika perlakuannya itu membuat saya hamil!"
"Fitnah! Kamu kenapa dengan entengnya mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu! Kamu tidak takut Allah murka?!"
Marwa menatap Safar kecewa. "Mas kenapa tega?" lirih Marwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muallaq (End)
Casuale(Part masih lengkap, dan dalam proses penerbitan) Niat ingin memberikan buku ayahnya yang ketinggalan, malah dituduh ingin kabur dari pesantren, yang benar saja! Gadis yang kerap disapa Marwa ini yang mengalaminya. Dan karena kejadian itu pula dia m...