١٥ || Ngamuk

3.1K 126 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ✨

“Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu, hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu.”

(HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

🪐🪐🪐

Resepsi pernikahan keduanya sudah selesai diadakan. Bahkan laki-laki itu juga hadir memberikan selamat meskipun tidak bertemu dengan Marwa, karena laki-laki dan perempuan terpisah.

Semuanya berjalan lancar sesuai dengan ekspektasi semua orang. Meskipun begitu rasa takut Safar masih sama, ingin bertemu istrinya namun dia juga tidak bisa meninggalkan tempatnya.

Pada akhirnya dia harus rela menunggu beberapa jam untuk bertemu lagi dengan istri kecil nya itu.

Dan sekarang keduanya sudah dipersilahkan untuk beristirahat, dengan Marwa yang kini sudah menutup matanya di gendongan Safar. Memang tadi Marwa ketiduran di tempat duduknya, membuat orang-orang tidak tega membangunkan gadis yang sudah menikah itu, dan berakhir Ummi Hasna memanggil Safar untuk membawa Marwa ke kamar Safar.

Melihat Marwa berada di gendongannya membuat Safar tersenyum tipis. Apalagi mulut Marwa sedari tadi bergumam tidak jelas, entah apa yang gadis itu mimpikan.

Sebelum masuk kedalam kamarnya Safar menatap pintu kamarnya itu lekat, dan berusaha untuk membuka pintu kamarnya meskipun harus berusaha terlebih dahulu.

Dengan telaten Safar meletakkan Marwa di atas kasurnya agar gadis itu tidak terbangun, namun usaha nya sia-sia kala Marwa terbangun dari tidurnya.

"Mimpi bukan sih? Kok ada Gus Safar?" gumam Marwa yang di dengar baik oleh Safar.

"Bukan mimpi," ujar Safar lalu menegakkan tubuhnya.

Marwa membelalakkan matanya kala suara Safar terdengar. "GUS SAFAR KOK ADA DI KAMAR SAYA?!" Tangan Marwa mengambil bantal dan melemparkannya kepada Safar.

"Gus Safar gak sopan, nanti kalo ada yang liat gimana?!" pekik Marwa dengan tangan yang masih melempar bantal-bantal yang ada di kasur itu.

Sedangkan Safar hanya diam tak bersuara, namun dengan tangan yang melindungi badannya sendiri dari bantal-bantal yang beterbangan itu.

"Jahat, saya bukan cewek murahan yang bisa Gus Safar mainin gitu aja!" Dada Marwa sesak, seakan sia-sia saja dia menjaga diri selama ini. Matanya mulai berair, jika dia tidak membuka mata entah apa yang akan dilakukan Safar kepadanya tadi.

Melihat Marwa yang mulai menangis, perlahan Safar mendekat dan berdiri dengan lututnya, menatap Marwa yang duduk di tepi ranjang. Tangannya menyentuh tangan Marwa namun ditepis oleh sang empu.

"Gus Safar gak usah sentuh-sentuh!" Marwa menatap Safar marah juga dengan tatapan kecewanya.

"Dengerin saya dulu, mau?" tanya Safar lembut

Marwa membuang wajahnya dengan tangisannya yang semakin deras, membuat Safar menghela nafas. "Maaf jika saya lancang nyentuh kamu, tapi kita sudah halal tadi siang Zaujati."

Deg!

Sontak tangisan Marwa langsung berhenti, kesadarannya pun mulai terkumpul. Ah, ternyata dia dan Safar sudah menjadi sepasang suami istri.

Lalu apa yang dia lakukan tadi pada Safar?!

Marwa menatap Safar lalu menunduk merasa bersalah. "M-maaf ya Gus—" Marwa melirik Safar sekilas. "—saya lupa," cicitnya.

Muallaq (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang