Saudara tidak sedarah, itulah kami.
Hidup di panti asuhan yang semuanya serba kurang, lalu mendengar kabar jika salah satu pengusaha sukses dan hebat datang untuk mengadopsi di antara puluhan anak disana tentu membawa kesenangan.
Kaki mungil mereka berbondong-bondong mendekati si pengusaha berharap dipilih untuk di adopsi dan keluar dari panti asuhan yang hampir bangkrut itu.
Namun di antara puluhan anak yang kekurangan kasih sayang disana hanya empat orang yang terpilih atau bisa dikatakan beruntung.
Keluar dari panti asuhan yang bisa dikatakan sudah tua dan hampir tutup. Mereka merasa beruntung sekaligus sedih, panti reyot dan tua dihadapannya adalah tempat mereka ditampung saat orang tua mereka tiada.
Panti asuhan Sinar Harapan namun panti itu seperti tidak ada harapan lagi karena kekurangan biaya.
"Sekarang panggil kami Ayah dan Ibu ya, Nak."
Senyum mengembang tidak henti-hentinya saat mereka terpilih, mendapatkan elusan di kepala dan dipeluk. Begini kah rasanya kembali memiliki orang tua utuh?
Tangan mungil mereka di tuntun menuju sebuah mobil mewah berwarna putih. "Ayo pulang, kita ketemu Abang kalian dirumah."
Mengetahui jika mereka punya satu orang saudara lagi tentu membuat senyum mereka semakin lebar.
Rasanya sangat tidak bisa di deskripsikan dengan sebuah kata-kata.
🏠
P E M E R A N
1. Arjuna Adipati. (18 tahun)
Arjuna, biasanya dipanggil Bang Juna. Selalu jadi bahan jahilan si bungsu, entah di coret-coret wajahnya atau diganggu saat sedang belajar. Juna itu orangnya sabar apalagi saat menghadapi para adik-adiknya.
"Arta, Hasa tolong itu laporan punya abang jangan di gulung-gulung."
"Ayo kerjain bang Juna!"
Kalau kata Senja, Juna itu bagaikan punggung pelindung mereka, pundaknya kuat dan kokoh sekali. Juna tidak pernah menunjukkan wajah sedih dihadapan mereka, Juna selalu mementingkan mereka dibanding dirinya sendiri.
"Bang, gapapa... sekali-kali nangis aja di pundak Senja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our House [END]
FanfictionLima saudara namun tidak sedarah. Ini kisah Juna, Senja, Gemilang, Arta dan Hasa. Lima anak malang yang tidak pernah tau apa arti kebahagiaan. Kelimanya saling menutupi luka satu sama lain, bergandengan tangan dengan begitu erat tanpa niat melepas...