CHAPTER 28

235 10 1
                                    

Lisa Pov

Ini semua salahku, bagaimana bisa mempercayai gadis licik itu, dibandingkan Jennie yang nyatanya dia adalah manduku. Hari terus berganti 2 minggu sudah Jennie tak sadarkan diri, bahkan beberapa kali keadaannya menurun membuatku merasa separuh nyawaku hilang. Sampai kapanpun aku akan terus berjuang, aku akan menebus semuanya yang telah terjadi.

Semejak rahasia itu terbongkar aku sangat muak dengan gadis licik itu, menyebut /mendengar namanya saja tak ingin, aku kini menjadi dingin dan keras kepala, bahkan sesekali berdebat dengan para sahabatku, mereka juga menjagaku sepenuh hati.

Setelah dinyatakan Jennie melewati masa kritisnya, kini hanya aku didalam ruangan Jennie, inilah kegiatanku setiap hari tak bosan mengajaknya bicara, memberikan semangat untuk bangun, walaupun tidak ada respon hanya suara mesin pemantau detak jantung yang dipakai oleh Jennie.

"Haii, Niniku bagaimana keadaanmu saat ini? Apa kamu gak cape tidur terus hmm? Kamu gak mau main bersama Lala? Ku mohon jangan seperti tadi ya? Sungguh aku tak kuat Niniya. Aku berjanji padamu, jika kamu bangun aku akan selalu ada disampingmu, membahagiakanmu. Maaf atas kesalahanku, pasti aku sering menyakitimu ya. Jika aku menahanmu waktu itu mungkin kamu gak akan mengalami hal menyakitkan seperti ini." Ku genggam tangannya menyalurkan kekuatan untuknya.

"maaf aku begitu bodoh, mempercayainya. Aku sangat rindu kita bermain bersama, kamu itu lebih dari sahabat sekaligus Eonnie bagiku, kamu adalah nafasku. Jebal Mianhe aku tak mempercayaimu., aku terhasut omongannya. Sungguh sangat menyesal, aku sangat terpuruk Niniyaa. Bangunlahh, aku akan menantimu sampai kapanpun, aku akan menepati janji masa kecil kita Niniya"."Gumamku

"kamu ingat masa kecil kita dulu nini? Sungguh aku merindukan itu, ayo kita buat kenangan baru, ayo bermain bersamaku lagi. Kumohon bangunlah untukku" Gumamku menerawang jauh kemasa-masa kecilnya dengan Jennie

"hahaha, kamu payah secekali, ayo kejar aku kalo bica aku akan berikan mandu untukmu" pekik gadis kecil bermata hazel itu terus berlari dan tertawa dengan bahagia

"laaaa, tunggu laaaaa, aku capee. Ihhh janan tinggalinn akuu!" gadis kecil bermata kucing berusaha mengejar sahabat dengan tenaga yang ia punya.

Karena terlalu bersemangat mengejar sahabatnya yang sangat cepat lari dengan kaki panjangnya. Gadis itu kehilangan keseimbangan membuatnya tersungkur karena terbelit kakinya sendiri.

Gadis kecil bermata hazel itupun menoleh kearah sahabatnya yang tengah terjatuh dan berlari untuk menolong sahabatnya dengan sangat panik.

"ninii, gak papa? Ada yang sakit? Ayo bangun. Aku obatin ya"

"huaaa, kaki aku cakit laaaa! Gak bisa angun cakit" gadis bermata kucing itu menangis dan meringis kesakitan memegang kakinya

"ayo aku bantu perlahan saja"

Seraya menuntun untuk berdiri lalu duduk dikursi taman disana, dan mengecek keadaan kaki sahabatnya itu untung saja hanya merah saja.

"tunggu disini aku akan kembali" ucap gadis kecil bermata hazel itu berlari entah kemana, tak lama ia membawa eskrim dan mandu untuknya dan sahabatnya agar tak bersedih lagi.

"hihi, makasih. Aku menyayangimu" ucap gadis kecil itu menatap sahabatnya dengan ceria

"ya sama-sama, kamu sangat suka mandu, pantas pipimu itu seperti mandu." Jawab lala mengejek lalu terkekeh

"aaaaa, bukan sepelti itu! Mandu itu enyak bikin aku kenyang" sahut gadis kecil bermata kucing merenggut

"huuu dacal manduuu. Aku memanggilmu mandu cekalang" sahut gadis kecil bermata hazel seraya mencubit pipi sahabatnya dan berlari menikmati permainan

You Belong With Me|JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang