Dua🍓

132 26 6
                                    

Selamat membaca
Tekan bintang biar enggak lupa yah!!

🎀


Mendengar ucapan Ara membuat ketiga gadis itu terlampau kesal. Jiwa keponya sudah meronta-ronta. Akan tetapi, gadis itu menggantung ucapannya.

"Ck, Ra, apa jawabannya?" tanya Jiya, diikuti oleh Kaila dan Nanda.

"Iya Ra, jawabannya apa?" sambung Nanda.

Ara kini menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan lesu. Membuat Kaila, Jiya dan Nanda ikut menatapnya dengan serius, hingga Ara memberikan ponselnya dan menyuruh mereka untuk membaca sendiri.

Kini ketiga gadis itu mengambil ponsel Ara dan mulai membaca deretan pesan yang di jawab oleh Kak Fadel.

"Aaaaaaa!! malu banget kan udah gue bilang Kak Fadel pasti ada ceweknya." ucap Ara dengan menutup mukanya sendiri.

Mereka kini saling pandang, kemudian Jiya mendekat ke arah Ara dan mengelus punggung sahabatnya itu.

"Yaelah nggak apa-apa Ra, noh liat kak Fadel juga bilang jodoh nggak ada yang tahu kan? Biarpun dia udah punya cewek, yang penting belum janur kuning melengkung." ucap Jiya memberikan semangat untuk Ara.

Bersaing sehat, tanpa perlu merebut, lagipula Fadel juga sepupu Ara jadi tidak menutup kemungkinan mereka akan bertemu.

"Nah bener, lo mau nyerah?" tanya Kaila

Ara hanya menggelengkan kepalanya, ia tidak menyerah, mungkin sekarang  Fadel sudah mempunyai kekasih, akan tetapi kita nggak tahu kedepannya bakal gimana.

"Nah, semangat dong, lagian Kak fadel nyuruh lo tetap semangat jadi lo jangan lesu gitu." sambung Kaila.

Kini Ara pun kembali tersenyum, walau hatinya sedikit merasa sakit, tapi tidak mengapa. Lagi pula ini bukan satu hal yang membuatnya mundur begitu saja. Ara tipikal cewek yang ketika menyukai sesuatu pasti akan terus berjuang untuk mendapatkan, akan tetapi harus terus intropeksi diri. Bersaing sehat tanpa merebut. Itu menurutnya.

Karena menurut Ara tidak ada yang perlu di sesali ketika sudah mengungkapkan sesuatu kepada seseorang. Dunia itu adil, kadang ada sedihnya kadang ada bahagianya. Jadi ia tidak perlu bersedih, yang perlu ia lakukan hanya berdoa dan berjuang lagi. Hasil akhirnya ia hanya serahkan sama yang Maha Kuasa.

"Nah gitu dong, udah nggak usah sedih, lagi pula lo kan sepupuan. Jadi nggak perlu repot-repot cari muka di depan Kak Fadel." terang Nanda yang di angguki semuanya.

****

Kini Ara tengah duduk selanjar di sofa sambil menikmati cemilan ditangannya, hingga suara sang mama membuat atensinya teralih dari ponselnya.

"Ra, mama boleh minta tolong nggak?" tanya Anila membuat Ara langsung menghampiri sang mamah.

"Boleh, emang apa?" tanya Ara, gadis itu masih memakai baju daster dengan rambut yang ia cepol asal.

"Ini bawain kue brownies ke rumah  Fadel, sekalian kamu jalan-jalan ke sana, udah lama kamu nggak ke sana, tante Naila tanyain loh." ucap Anila, membuat Ara menarik senyumnya ke atas. Akan tetapi, terlintas di otak kecilnya mengenai confes tadi siang membuatnya sedikit malu untuk bertemu dengan Kak Fadel.

Cousin Love ( segera Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang