sembilan belas🍓

54 10 0
                                    

Hello!!!
sebelum baca alangkah baiknya tekan bintang ya!!

kritik dan saran kalian sangat berguna untuk penulis apalagi untuk penulis pemula sepertiku.

Coment, vote dan antusias kalian bakal bikin penulis semangat update.

Selamat membaca all🤍

🎀

Fadel mengambil chargernya mengisi baterai ponselnya, kemudian ia beranjak untuk membersihkan dirinya, hanya membutuhkan waktu 5 menit telah siap hanya menggunakan baju kaos lengan pendek dan celana sampai sebatas lutut.

Kembali menyalahkan ponselnya, mengeritkan kening ketika melihat deretan pesan dari Airin.

Ia terkejut banyak pesan yang belum ia balas, segera menekan panggilan.

Satu panggilan tidak terjawab, cowok itu berusaha untuk terus menelpon kekasihnya.

Hingga panggilan itu masuk,

"Ai, sorry ponsel aku lobet tadi." ucapnya dengan khawatir.

"Lo dari mana aja sih, cewek lo dari tadi nelpon, dia sakit, lebih baik lo ke sini." ucap seseorang di sebrang sana yang tidak lain, dia Sindi.

Kemudian panggilan itu terputus secara sepihak, Fadel meraup wajahnya kasar, mengambil kunci motornya dan segera turun ke bawah dengan terburu-buru.

"Bang, mau kemana? Kok buru-buru amat, baru juga pulang." ucap Naila ketika melihat putranya dengan terburu-buru.

"Mah, Airin sakit, Fadel mau ke sana." jawab Fadel dengan mencium pipi wanita itu.

"Ya Allah, yaudah kamu ke sana aja. Hati-hati jangan ngebut jalan licin habis ujan."

Fadel pun keluar mengambil motornya dan menancapkan gas untuk segera sampai di rumah kekasihnya.

****

"Sin, nggak seharusnya lo ngomong gitu."

Sindi pun menghela nafasnya, duduk disamping Airin menggenggam tangan gadis itu, dapat ia rasakan, ketika kulitnya menyentuh kulit Airin yang terasa panas.

"Biar dia lebih perhatian sama lo."

Airin tidak ingin berdebat, kepalanya masih terasa pusing, memilih untuk membaringkan tubuhnya.

Suara pintu kamarnya terbuka dengan cukup keras, kedua gadis itu melihat sosok lelaki yang baru saja datang dengan sangat terburu-buru, bahkan dadanya naik turun.

Airin melihat Sindi, Sindi yang paham pun langsung keluar ia membiarkan Airin berbicara dengan Fadel.

Sepeninggalan Sindi, Fadel datang dan mendekat ke arah Airin, dapat ia rasakan hawa panas dari tubuh gadis itu sangat terasa.

"I'm sorry honey." ucap lirih Fadel, ia tidak tahu kekasihnya sampai demam seperti ini.

Airin tersenyum dan memegang tangan cowok itu, "No, kamu nggak salah, aku baru aja demam setelah pulang dari caffe hehe."

Cousin Love ( segera Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang