dua puluh tujuh 🍓

47 7 1
                                    

Happy reading🍭

Jangan lupa tekan bintang ya

Love u all💐

🎀

"AAAKKKHHH!!" pekik Ara dengan kuat, rambutnya seakan ingin rontok, kulit kepalanya seakan ingin terlepas, air matanya luruh mengalir deras di kedua pipinya.

"Le--pas," ucap Ara dengan lirih, ia tidak mengetahui siapa yang membawanya ke sini. Mereka menggunakan topeng yang membuat wajahnya tidak kelihatan.

Dibawah lampu remang, gadis itu menggigil hebat kala siraman air dingin mengguyur tubuhnya, bahkan baju gadis itu sedikit tereskpor.

Byurr

"Mampus lo anjing!!"  ucap seseorang itu dengan memegang pipi Ara dengan kuat, bahkan kuku lentik itu hampir menembus kulit mulus Ara.

Ara menahan perih yang sejak tadi ia tahan, sungguh ini benar-benar menyiksanya.

"Lo si--apaa?" tanya Ara berusaha tetap sadar bahkan tenaganya menahan kesakitan ingin hilang sekarang juga.

Seseorang itu tersenyum smrik dari balik topengnya. "Lo nggak perlu tahu bitch, mudah banget lo deketin Fadel, sedangkan gue berusaha untuk dapatkan dia. Dan masa lalu lo itu kenapa bisa dia ingin lo kembali."

Ara menangis sungguh lukanya sangat perih sekarang, ia merindukan orang tuanya, ia merindukan Azka- Kakaknya, bahkan ia merindukan sahabatnya.

"DIAM BANGSAT!," bentaknya dengan menampar pipi Ara dengan kuat, tamparan itu tidak main-main bahkan meninggalkan bekas tamparan yang merah di pipi Ara. Perih tentu saja.

Setelah menampar pipi Ara, bahkan gadis yang tidak di ketahui wajahnya itu, mengisap rokok sehingga asap rokok itu yang lumayan dekat dengan Ara membuat gadis itu terbatuk-batuk.

"AKKHHH!!! udah cukup!!" pekik Ara kembali dengan lirik ketika sebatang rokok dengan disengaja mengenai luka yang belum kering bahkan luka itu sudah basah, darah mengalir membuat baju seragamnya bernoda.

"Gue udah peringatin lo jangan dekat-dekat sama Fadel, tapi lo ganjen banget ya,"

"Gue nggak pernah ganjen asal lo tahu." hardik Ara dengan menjauhkan wajahnya dari orang itu.

Dibawah lampu remang, Ara dapat melihat seperti tidak asing dengan postur tubuh wanita itu, akan tetapi siapa? Siapa yang berniat jahat kepadanya.

"Gue bisa saja bunuh lo sekarang, tapi sepertinya nyiksa lo terlebih dahulu lebih asik, gue ingin lo mohon kematian, baru dengan senang hati gue turutin." ucapnya bak psikopat. Gadis itu berjalan kembali mendekat kearah Ara dengan gontai ia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.

Menempelkan pisau itu di pipi Ara, seolah sedang mengukir dengan indah, bahkan Ara sampai tidak bisa bernafas sekarang.

"Sepertinya wajah cantik lo ini akan lebih indah jika pisau ini menancap dengan sempurna,"

"LO GILAA!!!" bentak Ara dengan kuat, ia sungguh takut sekarang. Ia berharap sahabat-sahabatnya bahkan keluarganya akan mendapatkan dirinya.

Gadis itu tertawa dengan lantang. "YAH!! GUE GILA ITU SEMUA KARENA LO!!! LO YANG BIKIN GUE GINI, SEANDAINYA LO NGGAK SOK DEKATIN FADEL GUE NGGAK SENEKAT INI. DAN YAH, BARU LO DOANG YANG BAKAL GUE SINGKIRIN SISANYA BAKAL NGIKUT LO KE SURGA!"

Ara terdiam ketika mendengar kalimat terakhir gadis itu, tandanya bukan hanya dia yang akan merasakan ini. Lalu siapa?

"Lo nggak akan paham jadi gue,"

Cousin Love ( segera Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang