empat puluh dua🍓

19 0 0
                                    

Harap tekan vote dan ramaikan komen kalian ya

🎀

"Raa!" pekik Fadel mengejar Ara, gadis itu bahkan menulikan pendengarannya.

"PLIS! DENGERIN AKU DULU! ITU BUKAN YANG KAMU PIKIRIN SAYANG!"

Kaki jenjang itu berhenti ketika mendengar suara Fadel yg meninggi dengan hela nafas yang tidak beraturan.

Fadel tersenyum ketika melihat gadisnya berhenti tepat didepan sebuah halte.

"Hey, sayang nanti kamu kecapean," ucapnya dengan lembut disertai dengan langkah kaki menuju Ara nya.

Gadis itu hanya memejamkan matanya sembari mengingat kejadian beberapa jam tadi.

"Sayang, jangan diamin aku, marahin aku aja ya,"

Fadel perlahan menarik tangan gadis itu untuk mendekat kearahnya, dapat ia lihat gadis itu hanya terdiam tetapi air matanya terus mengalir dikedua pipinya. Mengangkat dagu gadisnya lalu mencium kedua pipi Ara dengan lembut, jarinya menghapus air mata gadisnya dengan pelan.

"Maaf,"

"Maaf, untuk kejadian tadi, tapi itu bukan seperti yang kamu lihat,"

"Raa, percaya sama aku kan?"

Ara mencoba menatap pemuda itu mencari kebohongan dalam manik mata hitam legam. Namun ia tidak menemukan disana. Ia kemudian maju dan melingkarkan kedua tangannya dipinggang Fadel. Memeluk erat tubuh cowok itu.

"Iya aku percaya,"

"Maaf, udah seperti anak kecil,"

Fadel menggelengkan kepalanya, ia tidak menyalakan gadisnya.  "Bukan salah kamu, aku juga nggak kasih tahu kamu soal itu makanya kamu bisa salah paham gini," ucapnya diakhiri dengan kecupan dikening Ara.

Ara memajukan bibirnya, gadis itu terlihat malu.

"Kamu ngode ya?" tanya Fadel.

Ara mengangkat alisnya, seolah bingung, "Ngode apa?"

Fadel menyamakan tingginya dengan Ara, kemudian membisikkan sesuatu yang membuat wajah gadis itu memerah. "Biar aku cium,"

"Ih nggak ya!"

Tawa Fadel menggema , melihat raut kaget yang dipancarkan gadisnya.

Sedangkan Ara hanya membuang wajahnya kearah lain , dengan bersedekap dada.

"Masih marah ya cantik?"

"Nggak,"

"Yaudah nanti aku jelasin soal tadi ya,"  ucapnya yang diangguki oleh Ara.

"Perlu kamu tahu, nggak ada yang bisa ambil aku dari kamu, selain Tuhan."

Ara memukul dada cowok itu. "Ih, ucapannya," tegurnya dengan memperingati

"Loh emang bener cantikku, nggak ada yang pisahkan kita selain maut sayang," balasnya dengan memeluk Ara sekali lagi.

*****

Cousin Love ( segera Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang