tiga puluh dua🍓

47 6 0
                                    

Jangan lupa tekan bintang ya! gratis kok nggak bayar

Happy reading


°°°

Tepat pukul 5 sore, gadis yang masih terbaring di atas ranjang, yang tidak lain adalah Ara, gadis itu bergerak dengan gelisah membuat ke tiga sahabatnya menatap dengan penuh kekhawatiran, muka pucat nampak jelas terlihat.

"Suhu badan Ara makin panas!" gumam Jiya menggigit jarinya khawatir.

Nanda mendekat dan mengelus rambut Ara dengan tenang tanpa mengganggu tidur gadis itu.

"Raa, bangun yuk," bisik Nanda tepat di telinga Ara.

Hingga mata sayup itu terbuka dengan pelan menyesuaikan sinar lampu yang masuk ke dalam matanya.

"Kalian kenapa disini?"tanya Ara yang baru bangun dan bersandar di kepala ranjang dengan kondisi nyawa belum terkumpul.

Kaila menghela nafas berat, "Ra, lo udah tahu sakit kenapa nggak bilang sih, biar kita aja yang pergi nyari makan." ungkap Kaila dengan berusaha sabar.

Ara mengucek matanya, melihat jam dinding ternyata sudah pukul 5 sore. Kemudian ia teringat ketika menerima undangan dari Fadel.

"Undangan," gumam Ara sembari mencari sebuah undangan,

Jiya melihat itu lantas bertanya, "Lo cari apa?" tanya Jiya.

"Itu undangan pertunangan," jawab Ara

"HAH?" pekik ke tiga gadis itu bersamaan.

"Lo mimpi nih pasti, udah nggak ada yang tunangan, kita masih lama kok Ra," jelas Jiya membuat Ara menatap satu persatu sahabatnya.

"Ih itu dari Kak Fadel, dia ngasih gue undangan." ucap Ara.

"Eh, Ra, sejak kapan lo ketemu Fadel, lo aja pingsan baru bangun, itu juga lo kehujanan untung ada cowok yang nganterin lo disini." ucap Jiya kembali dengan panjang lebar.

Ara mengeritkan keningnya bingung, "Tadi gue ketemu Kak Fadel terus dia ngasih undangan pertunangan ke gue, yakali gue mimpi." ucap Ara tidak mau kalah. Bahkan gadis itu sudah berdiri mencari di setiap sudut kamar.

"Nggak Ra, lo baru 5 menit keluar udah pulang basah kuyup di antarin cowok tapi bukan Fadel, fiks lo mimpi nih, lo rindu berat sama tuh cowok makanya gini." balas Jiya kembali.

"Ih Jiya, gue bener loh, gue ketemu Fadel disini, dan dia.."

"suttt, diam, ambil ponsel lo dan hubungi tuh Fadel, bener kagak dia mau tunangan." ucap Kaila dengan melerai keduanya.

Ara pun nampak ragu untuk menghubungi cowok itu, namun ia tidak mungkin bermimpi kan?

"Hubungi atau gue yang telpon Fadel?" tanya Jiya.

Ara pun mengambil ponselnya, mencari nama kontak seseorang, ketika ia melihat dengan ragu ia menghubungi pemuda itu.

"Halo Ra? ada apa?" tanya Fadel dari sebrang sana.

Cousin Love ( segera Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang