PART 13

789 62 11
                                    

Gais.. ini cerita real banget ya.. makasih masih antusias menunggu cerita nub ini. Hehe

Oh iya belum ku kasih tahu:

Nawa itu ada
Aditya itu ada
Ayudia adaa
Vatar juga ada
Dan kehidupan mereka juga nyata. Aku nulis berdasarkan pengalamanku. Dan apa yang aku rasakan. Sosok tokoh di ceritaku ini nyata. Ada dan mereka masih hidup sampai sekarang.

Yauda ya enjoy!!

-----------------        --------------------       --------------

Kita hidup di zaman dimana orang lain menilai tanpa tahu sebenarnya, maka jadilah pemaaf. Berhentilah menjadi pembenci dan teruslah memperbaiki diri~

__

"Bang, beli jajanan deket taman itu yok.. kepengen corndog banget." Ucapan Nawa mengagetkan Vatar yang kini tengah tengkurap di atas kasur nya. Reflek ia menghadap pintu kamar dan ada kepala Nawa yang nongol dari sana.

"Gabisa apa ketuk pintu atau salam kek.. untung jantung gua masih ORI buatan Tuhan."

Menampilkan cengiran dan gigi rapi nya Nawa pun memasuki kamar tersebut, "ayolah bang.. beli corndog.." ucap Nawa sambil menggoyang goyang tubuh Vatar disana.

"Minta bikinin ibu atau mbak Eka sana heh.. ga liat apa gua sibuk." Nawa memutar bola mata malas, sibuk yang dimaksud itu bermain game dengan beberapa cemilan dan dimakannya dengan tengkurap. Ini mah ketahuan Ayudia sudah di omelin. Xixixi

"Sibuk apa nyaaa??? ko lu nyebelin sih bang.."

Vatar bangkit dari acara rebahannya,"heh tolol. Kesel ya gua ama lu, corndog ada keju nya ogeb."

Nawa mengerucutkan bibirnya, ia juga baru ingat kalau makanan tersebut ada kejunya. "yaudah sih santaiii.. kan ada yang ga lapisan keju. Yang tolol elu."

"Minta izin nyokap dulu sana."

"Udah bang.. udah dikasih izin." Bohong. Sudah pasti dilarang, selain karena jajan diluar belum tentu bersih dan sehat. Ini waktunya juga sudah memasuki magrib, kalau orang Jawa nyebutnya pamali. Ada larangan tersendiri keluar saat magrib, lebih baik setelah nya atau kalau bisa satu jam sebelum nya.

Dengan malas Vatar beranjak untuk mengambil jaket dan dompet, serta kunci motor Scoopy nya. Karena ini memang dekat. Hanya berkisar 5-7 menit sudah sampai tempatnya.

"Senyum senyum mulu, kering ntar gigi lu." Gerutu Vatar saat melihat adik nya memasang tampang sumringah.

"Biarin wleee." Jawab Nawa dengan menjulurkan lidahnya.

"Ambil jaket lu, sama masker rangkap dua. Kalo engga gua gamau nganter."

"Siap paduka." Nawa terbirit-birit lari menuju kamar nya untuk mengambil jaket dan masker sesuai perintah abangnya.

******
Saat menuruni anak tangga untuk menuju pintu keluar, Vatar sedikit heran karena rumah ini begitu sepi. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di sofa sembari menunggu adiknya yang tengah berkemas.
"Buset lama bener dah, masih sanggulan apa." Gumam nya.

Tak lama Nawa menuruni tangga juga, sudah memakai Hoodie besar nya berwarna kuning dan celana panjang berwarna hitam gelap. Dan masker yang masih di tenteng nya. "Skuyyy abangkuu.." seru Nawa dengan semangat nya.

"Pake dulu masker nya." Ujar Vatar kemudian ia berjalan mendahului adiknya yang tengah mengenakan masker dibelakangnya.

Vatar membuka pelan pintu garasi, lalu ia ambil motor nya dan ia tutup kembali.
"Mas Vatar mau kemana? Udah magrib loh.. Ndak bagus keluar magrib magrib." Dani tiba tiba sudah berada di belakangnya membawa lap yang bisa ia tebak buat lap mobil ayahnya karena saat mengambil motor, Palisade sang ayah sudah cling sekali.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang