PART 17

633 63 5
                                    


Hidup jangan terlalu banyak ikut campur urusan orang lain, urus urusanmu sendiri. Selesaikan ujian mu sendiri tanpa melirik ujian orang lain.. Nawashaka

Keluarga kecil Aditya kini tengah berkumpul diruang tengah, tempat yang biasa mereka gunakan untuk bercengkrama bersama. Televisi menyala menayangkan berita tentang pilihan pilpres yang kian mendekat, sesungguhnya yang antusias akan adanya pilpres ialah Nawa, untuk pertama kalinya ia ikut mencoblos. Posisi mereka saat ini dengan kepala Nawa yang bersandar pada dada bidang ayahnya, lanjut kesamping ada Ayudia yang tengah menyelonjorkan kaki nya, lalu ada Vatar yang masih asyik nge-game namun telinganya mendengarkan siaran berita pilpres, dan terakhir ada sang kepala keluarga duduk dengan tangan mengelus rambut Nawa.

"Abang nanti nyoblos siapa?" Semua orang disana yang tadinya fokus melihat televisi seketika terkekeh mendengarkan pertanyaan polos Nawa.

"Kepo, ya rahasia lah." Vatar menjawab dengan pandangan tetap fokus ke gadget nya.

"Dih, sok rahasia rahasia an. anak ayah tuh." Cibir Nawa memandang sengit ke arah Vatar yang hanya dibalas kekehan pelan.

"Bener apa yang dibilang Abang dek, itu memang rahasia. Terserah Abang mau pilih yang mana." Jelas Aditya. Namun tidak membuat Nawa puas akan jawaban sang ayah.

Kemudian Ayudia meraih kepala Nawa untuk ia tidurkan di paha nya. "Abang kan punya hak pilih, adek juga punya hak pilih. Semua Paslon baik, anak anak bangsa yang baik. Adek nanti pilih yang sesuai hati adek."

Nawa mengangguk dan ia kembali fokus melihat acara tersebut. Ia pun belum tergambar mau mencoblos siapa, hanya satu yang agak nyantol di hati nya. Tapi ntah lah

Tak lama terdengar langkah kaki dari arah dapur, Ayu yang pertama kali menengok dan ada Eka yang berjalan pelan menuju mereka.

"Permisi ibu, Maaf menganggu. bahan masakan nya habis eg. Saya lupa belum belanja,"

Nawa menengok,"belanja di mamang mamang pas pagi aja mbak Eka, abis itu minta tolong pak Dani buat anter belanja ke tempat biasa hehee." Sahut Nawa, pandangannya masih terfokus pada televisi.

"Mbak Eka beli aja di mamang mamang. Biasanya seger seger, tapi emang harus pagi banget bangunnya biar kebagian yang bagus bagus." Ucap Ayudia menambahkan.

"Bener mbak Eka, uang nya masih ada apa udah abis,? Kalo belanja mendesak gini takutnya udah abis." Ucap Aditya sambil merogoh kantong untuk mengambil dompet.

"Masih ada kok bapak, " Eka menjawab sembari memperlihatkan sisa sisa uang yang memang dikasih Ayudia jika ada yang harus dibeli.

"emang cukup yah belanja pake uang segitu?." Tanya Nawa polos karena ia melihat tiga lembar uang berwarna merah yang berada di genggaman tangan Eka.

"Itu mah udah banyak kalo buat sekali makan besok cill." Sahut Vatar agak kesal mendengar pertanyaan polos adiknya.

Nawa masih mengerutkan dahinya tidak mengerti, "emang iya Bun?"

"InsyaAllah cukup adek.. untuk besok cukup cukup aja kok, biar nanti ibun yang belanja di tempat biasa(supermarket)."

Eka terkekeh tidak ada rasa tersinggung sedikitpun ya karena memang anak bos nya ini tidak mengerti perkara perdapuran. Ia wajar saja

"Besok mas Nawa pengen dimasakkin apa biar mbak Eka belanjain terus mbak buatkan.."

"Eum.. apa ya Bun, terserah aja deh." Jawab Nawa namun pandangannya masih terfokus pada acara tv di sana.

"Yaudah mbak Eka istirahat aja, nanti saya yang beresin ini. Mbak belanjain aja itu buat besok, kalo ga cukup nanti bilang ya.. kalo Nawa udah pasti ayam kecapnya jangan ketinggalan eheh, jangan lupa sayuran hijau pilih yang bagus bagus ya mbak, kalo kami semua apa aja yang penting jangan terlalu banyak msg. Dah itu saja." Ayudia pesannya selalu tentang hal ini, Eka sudah faham. 

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang