Gais.. makasih buat antusiasnya di chapter sebelumnya.. cerita ini masih sangat abal abal, kalau kalian ada masukan atau apa silahkan.. kolom komentar tersedia sekali loh ya, makasih yang udah vote dan komen. Makasih banget, hal se sepele itu tuh bikin aku semangat puollll gaisss wkkwkw...
.
.
.
.
.
Setelah melakukan cek keseluruhan kemarin, Ayudia bersyukur bahwa apa yang dia pikirkan ternyata salah. Ia merasa bersalah kepada Nawa Sudah berfikir macam macam. Kondisi Nawa memang baik, tapi disaat banyak polusi macam sekarang, harus lebih ketat lagi juga. Seperti dilarang di tempat terbuka kecuali memakai masker, cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta rutin menggunakan nebulizer setiap akan tidur. Siang yang panas sekali lalu malam yang dingin mencekam tidak hanya menyiksa Nawa, namun kebanyakan pasien pasien Ayudia merasakan. Yang sehat saja terkadang bisa loyo, apalagi yang memiliki kondisi semacam Nawa.Mula dari itu, Ayudia memperketat semua nya. Ntah dari makanan ataupun kebersihan kamar Nawa sekarang berusaha ia handle, Ayudia juga menyediakan pembersih udara di semua kamar serta ruang tengah.. antisipasi jika Nawa berada disana.
Dokter spesialis penyakit dalam juga berpesan agar Nawa stabil secara emosional, tidak terlalu banyak fikiran yang ngga penting..
------------------
"Mas, katanya ibu ku mau kesini deh.. tapi ntah kapan,"
Aditya melirik istrinya yang sedang tiduran di kasur, dengan posisi kaki nya di arahkan ke atas menempel dinding. Tadi mengeluh kaki nya agak sakit makanya Ayudia berpose seperti itu.
"heum.. ya nggapapa sayang, kapan aja ibu mau kesini ya bebas," Aditya menjawab pembicaraan itu dengan mata yang masih terfokus dengan komputer didepannya. Aditya habis melakukan zoom meeting dengan rekan nya tadi, tapi sekalian dia menyelesaikan kerjaannya. Sekalian capek dan mumpung masih menyala juga itu komputer..
Ayudia masih terdiam, bukan gimana. Kalau ibunya kesini sudah pasti aturan dirumah bubrah. Ibunya ini masih sangat kuno, tidak bisa mengikuti zamannya anak sekarang. Intinya semua harus ngikut ibunya. Dan yang membuat Ayudia sebal adalah mengharuskan sarapan dengan nasi, yang mana anak bungsu nya itu sulit makan nasi nya. Akan dipaksa oleh ibunya itu. Itu yang membuat Ayudia resah, seakan ia dan suaminya nanti tidak memiliki hak untuk membela diri.
"Sayang .. hey.. " merasa omongannya tidak di sahut oleh sang istri, Aditya memanggilnya lagi. Ketika dia menoleh, ternyata istrinya sedang melamun ntah apa yang di pikirkan nya.
Ayudia tergagap dan ia menurunkan kaki nya, segera ia mendekati Aditya dan meletakkan kepala nya ke pundak Aditya.
"Aku takut Nawa nanti tidak nyaman mas, aku tahu kalau ibu itu sayang sama Nawa. Tapi ya gitu deh,"
" Nggak mungkin ah Nawa ngga nyaman sama Oma nya. Udahh jangan terlalu di pikirkan. Kali aja ibu udah berubah, tidak seperti yang udah udah kan," Ucap Aditya sambil mengelus tangan istrinya, ia faham keresahan Ayudia. Tapi bagaimana lagi, itu ibu mertua nya. Ia harus berfikiran positif selagi itu tidak berlebihan..
"Sayang.. ibu itu ibu kandung kamu, jangan kaya gitu ya.. Anak anak pasti nyaman, semoga nyaman dan nyaman,"
Ayudia mengangguk di pelukan Aditya, entah sejak kapan mereka berpelukan seperti ini. Sama sama nge-charge energi masing masing dengan berpelukan.
"Yasudah ayo turun, kita belom makan malam kan.. anak anak juga pasti masih di dalam kamar, kamu duluan aja sayang. Aku masih beresin ini," ..
"Iya mas, Mas mau di bikinin apa,?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASHAKA✓
FanfictionNamanya hidup juga harus sabar, emang berat sih tapi kan hadiah nya surga. Kalo mau ringann mah hadiahnya cuma kipas angin hehehe nawnawww