PART 16

653 68 6
                                    

Aloo gaiss..
Terimakasih banyak ya sudah nungguin cerita yang aduh masih jauh dari kta sempurna ini. Terimakasih yaa,
mari kita lanjut... Cekidotttt

.
.
.
.
.

Ibu dokter tercinta🔥 :
Abang.. nanti kalau pulang,
Ibu titip bubur ayam 2 sama sate ayam nya 6 porsi Deket kampus kamu ya.
Adek lagi mau makan itu bang. Nanti uangnya ibu ganti.
Hati hati pulngnya ya, terimakasih💖

Me :
Siap ibundahara, ada lagi ngga
Yang mau di titip?

Ibu dokter tercinta🔥 :
Udah itu aja, tadinya mau mbikin
Sendiri. Tapi adek lagi ngga mau
Ditinggal ini.

Vatar menggenggam erat ponselnya, dari chat yng terakhir ia baca. Seperti ada sesuatu terjadi.

Jovan yang berada di samping Vatar pun menyadari hal ini, temannya ini akan seperti itu ketika gugup. Ia senggol kaki Vatar guna menyadarkan dari lamunannya. Oiya, mereka ini sudah selesai mengerjakan persoalan yang diujikan oleh dosennya. Hanya tinggal santai santai sebelum memutuskan untuk pulang ke rumah. "Oit.. kenapa lu? Nyokap nyuruh pulang apa begimane,?" Tanya Jovan. Memang ia hafal jikalau Vatar ini tidak terlalu mendapat bebas, karena ada Nawa yang selalu ingin ikut.

Dengan perlahan Vatar menoleh kearah teman nya ini. Hanya tinggal mereka berdua karena Rayyan, Resi, sudah pulang terlebih dahulu.

"Enggak. Nyokap cuma nitip beliin sate di mang Jari. Btw udah buka belum sih Van jam segini?,"

Jovan melihat jam yang melingkar di tangan bersihnya, terlihat pukul 16.40 disana. "biasanya udah sih.. tapi gatau ya. Kadang kan emang ga menentu jam nya mang Jari, tau ndiri sok ngartis die mah." Jawab Jovan disusul kekehan tengilnya.

"Yodah gua mau liat dulu didepan, lu ngikut atau masih mau disini?"

"Duluan aje lu Tar. Gua masih mau latihan nanti."

"Atau lu mau sekalian gua bungkusin sate Van,?" Tawar Vatar. Ia tidak enak jika hanya memesan sate untuk yang dirumah. Lagian sate segitu banyak buat mandi apa gimana dah wkwk..

Jovan mengibaskan tangannya,"Ngga usah lah. Gua nanti mau beli seblak sama Nau hehee.."

"Oalah yaudah, gua duluan deh ya. Assalamualaikum.."

"Yooo!! Waalaikumsalam brodi."

Vatar pun beranjak dan berjalan menuju jalan keluar kampusnya. Memang saat akan memasuki jam malam ada beberapa gerobak penjual dipinggir jalan dan beberapa makanan disana enak enak. Harganya murah namun kualitas Alhamdulillah Ayudia approve. Biasanya kalo ibunya approve itu berarti emang enak dan bersih. Dan sate jualan mang Jari ini termasuk didalamnya.

.
.
.
Vatar melongok melihat lihat apakah gerobak yang biasa mangkal itu sudah ada apa belum. Ber-cat kan coklat dan ada tungku api yang biasa digunakan untuk membakar sate.

"Apa iya belum buka ya,?" Gumam nya. Sekali lagi ia melihat jam yang ada di ponselnya karena Vatar tidak mengenakan jam tangan seperti biasa.

Akhirnya Vatar memutuskan untuk duduk di kafe sebrang jalan sambil menunggu sate nya buka. Tak lama ponsel yang di genggam nya bergetar kembali, ada panggilan masuk dari sang ibundahara. Jantungnya sudah berdetak lebih kencang. Takut ada hal buruk terjadi. Akhirnya Vatar geser slide untuk menjawab panggilan ibu nya.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang