PART 31

352 57 18
                                    


Kita sama sama baru pertama kali hidup di dunia ini, jadi jangan merasa paling terpuruk kala cobaan datang.
.
.
.

Aditya menghela nafas lelah, baru pulang dari kampus, eh sampai rumah ada aja ributnya. Ia sama sekali tidak diberi tahu perihal di praktekkan, ataupun perihal em.. jam tangan Nawa yang hilang. Serius deh, ia bisa beli berkali kali lipat namun ini Nawa.. pemberian dari orang adalah hal berharga baginya, apalagi dari ayahnya sendiri. Semacam menyiksa nya kala tidak bisa menjaga barang tersebut dengan baik.

Ayudia pun juga turut mencari di kamar Nawa, namun sama seperti sebelumnya. Jam berwarna putih tulang itu tidak ditemukan dimanapun, hanya ada kardus nya saja.

Yang membuat pusing, Nawa sudah menangis di pelukan abangnya. Dari tadi sudah ditenangkan, akan tetap dicarikan. Walaupun tidak ketemu pun bakalan dibelikan yang sama, fitur dan merk yang sama namun anaknya menolak. Ia hanya mau jam yang hilang tadi. Nawa sangat merasa bersalah tidak bisa menyimpan barang pemberian sang ayah dengan benar.

"Yang terakhir di kamar adek siapa sayang?" Tanya Aditya dengan nada datarnya. Ia menahan marah sekarang, ya bayangin aja. Kerja seharian ngga ada istirahat karena ada acara di kampus. Pas pulang berharapnya bisa ketemu anak istri, bersantai bercanda, malah ada kabar yang mengesalkan.

"Aku di praktekkan sampai jam 11 siang mas, kurang tahu. Tapi kata Abang sih mbak Eka mas." Jawab Ayudia dengan sedikit ragu. Ia tidak menuduh karena memang yang sedari pagi dirumah adalah Vatar.

Aditya menghela nafas kesal, ia menatap si bungsu yang masih tersengal nafasnya. Sempat kambuh juga namun saat sudah di uap sedikit membaik, menyisakan nafas yang tersengal. Mana matanya masih agak lebam. Duh pengen ketawa aja bawaannya ngelihat Nawa nangis. Apa ngga bengep kedua duanya itu nanti wkwk..

"Adek, jangan nangis terus. Nanti atau besok dicari sama ayah ya. Ini udah malem, ayah gamau adek sakit cuma masalah jam tangan aja. Kalaupun nanti ngga ketemu beli aja gapapa ya," hibur Aditya. Ia capek sendiri ngeliat nafas Nawa yang tersendat.

Namun Nawa tetap lah Nawa, "Ngga ayah. Kalo pun ngga ketemu yaudah gapapa, ga usah dibeliin lagi. Nawa ga pandai nyimpen barang pemberian orang, Nawa ceroboh .. hiks ayah.. "

"Engga sayang, ini kan udah malem. Gelap juga, besok matahari muncul kita cari lagi ya.. nanti tanya sama mbak terus pak Pri juga pak Dani. Okei,?"

Nawa tidak menjawab, tidak menggeleng juga tidak mengangguk. Pandangannya kosong mengarah ke Aditya. Nafasnya juga tersengal akibat tangisnya sendiri.

Vatar juga sampai rela kamarnya di acak acak, namanya juga Abang adek kalau ada barang hilang ia juga pasti kena. Tapi gapapa sih, biar puas. Vatar tidak dibelikan smartwatch itu ya teman, jadi yang punya di rumah ini hanya Nawa sama ayahnya saja. Kalau punya ayah mah warnanya hitam metalik, milik Nawa lebih terang warna putih tulang. Biar menggambar kan kepribadian aja sih.

"Tidur aja yok Cil, gua temenin. Kali aja pas bangun jam tangan lu ketemu." Ajak Vatar.

Ayudia mengangguk setuju, "Iya dek, tidur aja yuk. Besok kita tanya tanya orang rumah ya. Tidur sama Abang yaa,"

Dan Alhamdulillah nya, Nawa menurut. Ia tidak menolak saat tangannya digandeng Vatar menuju kamarnya.

Aditya yang tengah duduk berdua dengan sang istri pun memandang lekat kedua bola mata coklat itu.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang