Sesuatu yang dipaksakan itu selalu berakhir buruk, biarlah berjalan sesuai alurnya Tuhan. Karena hanya memang Tuhan lah sebaik baiknya penulis skenario yang hebat.
Sore hari diwarnai dengan suara gaduh di lantai dua. Membuat Ayudia yang berada di ruang praktekkan nya menghela nafas kasar, karena siapa lagi yang gaduh sampai ada bunyi gedebum kalau bukan anak anaknya itu. Merasa pasien yang ia tangani sedikitnya sudah selesai, ia pun beranjak dari kursi kerja nya. Saat keluar ia berpapasan dengan Tessa, yang akan memasuki ruangannya.
"Dokter mau kemana,? Ini ada pasien baru masuk," Tanya Tessa, saat melihat Ayudia pergi tergesa keluar dari ruangannya
"Eum Tessa, pasiennya suruh tunggu sebentar. Saya mau lihat anak anak dulu ya. Agak khawatir soalnya kedengaran sampai sini, kaya berantem gitu," Jawab Ayudia dengan raut muka sedikit cemas.
"Oh iya saya juga dengar tadi, saya kira ada pekerja disana yang buat bunyi gedebum seperti tadi dok,"
"Yaudah ya Tess, saya tinggal sebentar ya," Ayudia menepuk pundak Tessa dan ia pergi keluar. Tessa masih terdiam didepan pintu ruangan Ayudia.
PLAKKK
"anj- astagfirullah kaget gua. Gila lu mikh, bikin gua jantungan aja," Tiba tiba ada yang menepuk pundak Tessa dengan keras.
Oknum yang menepuk nya malah tertawa tanpa merasa berdosa, awalnya Mikha memang akan ke ruangan Ayudia. Mengambil resep obat, tapi ia melihat kawan nya ini malah melamun didepan ruangan Ayudia. Lalu muncul lah ide jahil tersebut.
"lagian elu didepan sini malah ngelamun, minggir ah. Gua mau masuk, mau ngambil resep," ujar Mikha, sedikit menggeser pundak teman nya ini.
"Dokter Ayu tuh keluar ege, kayanya mas Vatar sama adek bertengkar. Soalnya kedengeran sampe sini," jelas Tessa, Mikha hanya membeo saja mendengar ucapan Tessa. Bukan hal baru lagi kalau ada pertengkaran sedikit saja Ayudia berperilaku berlebihan seperti ini.
"Terus tadi lu ngapain ngelamun didepan siniiii??? kemasukan setan gada ya gua tolongin elu," Ucap Mikha berdecak malas
"Gua lagi mikir, dokter Ayudia pake perawatan apa ya,? Ko bisa semulus itu muka nya. mana sinkron lagi muka sama leher, ga belang" Jawab Tessa dengan pandangan masih datar. Mikha yang mendengar itu sedikit bergidik ngeri. Takut takut si Tessa ini kerasukan..
"Istighfar Tess, jangan jangan lu suka ya sama dokter Ayu,"
"Heh mulut looo, emang- "
"Permisi mbak, dokter ayudia nya ada?
Tessa yang sebelumnya ingin balas mengumpat ia katup kan mulutnya, karena melihat ada pasien yang celingukan ingin menemui dokter Ayudia. Ia langsung pasang muka ramah lagi, dan ia usir kawan debatnya itu. Mikha berlalu dengan mulut yang mengerucut dan ngedumel kesal. Masih sore udah mau di maki aja.
"Ada Bu, sebentar ya beliau sedang ada sedikit urusan dirumah,
Oh iya, ibu sudah daftar,? Sudah pernah kesini atau belum,?" tanya Tessa"Belum mbak, ini baru pertama kesini. Saya mendapat rekomendasi dari teman saya kalau dokter Ayudia itu spesialis anak yang bagus," Jawab si ibu ini. Anak nya sering demam dan selalu berakhir kejang, ia sudah cari dokter mana pun yang perkara biaya sudah ia kesampingkan. Namun memang namanya berobat itu cocok cocokan.
Terkadang ada yang biaya nya mahal belum tentu cocok, ada juga yang biaya nya murah malah cocok. Ibu ini dapat rekomendasi dari temannya memiliki balita yang mempunyai sakit yang hampir sama. Makanya ia ikhtiar mencoba dokter Ayudia ini.
"Wah MasyaaAllah, semoga cocok ya sama anak ibu. Oh iya nama anak nya, berat badan nya dan nama ibu nya,?" Ujar Tessa,
"Aamiin mbaa, nama nya Atrika Khairunnisa, berat badannya 14,5kg. Nama saya Jufi Anissa" jawab ibu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASHAKA✓
FanfictionNamanya hidup juga harus sabar, emang berat sih tapi kan hadiah nya surga. Kalo mau ringann mah hadiahnya cuma kipas angin hehehe nawnawww