PART 19.1

560 56 4
                                    

02.20 WIB(waktu sahur)

Eka sudah bangun lebih awal guna mempersiapkan santapan sahur. Dimulai dengan ia menanak nasi, dan semalam sudah di kasih tahu mau masak apa sama Ayudia. hanya masakan simple yaitu telur dadar, ayam bumbu kecap sama orek tempe pesanan Vatar.

"Ada yang bisa saya bantu mbak Eka?," Tanya Ayudia, sembari ia mendekat dan mengucir rambut nya. Wajah sudah segar sekali walaupun tanpa make up.

"Tinggal bikin ayamnya saja Bu, semua sudah saya cicil." Jawab Eka dengan tangan yang juga berkutat menghaluskan bumbu untuk ayam kecap.

Ayudia mengangguk lalu segera mengambil talenan guna mengiris tempe menjadi tipis tipis. Bumbu sudah tersedia tinggal goreng bentar lalu cemplung Cemplung kasih gula garam totole dan kecap. Selesai.

*****

"Ibu, tiap aku pulang dari kampus tuh udah ruame banget yaa orang jualan takjil di pinggir jalan. Jadi pengen nyoba deh." Celetuk Vatar, ia tengah bercengkerama dengan Ayudia. Btw, Vatar juga ga nganggur gitu aja melihat ibunya sama mba Eka sibuk. Tadi ia sudah ikut mencuci lalapan pesanan ayahnya juga semalam.

Mereka hanya bertiga saja di dapur, Nawa belum bangun sedangkan Aditya entahlah tadi masih tidur waktu Ayudia turun kebawah.

Ayudia yang kini tengah sibuk membantu Eka mempersiapkan makanan sahur pun menoleh menatap Vatar, "Iya bang, buanyak banget. Sampe kadang macet, jadi ayah suka telat baliknya. Orang orang suka ga tertib gitu, berhentiin mobil di tengah jalan. Kenapa ga parkir aja sih kalo mau lama gitu yakan.." hmm, namanya juga perempuan. Membahas satu hal bisa jadi 50 perkara kalo dibicarakan.

"Nah iya Bun, apalagi sekarang banyak kan trend war takjil antar agama hahaha.." sahut Vatar diakhiri gelak tawa. Mengingat trend itu begitu viral di medsos mana pun, ia suka kok.. asli, seperti dirangkul banget. Hangat rasanya ramadhan kali ini.

"Eummmhh, ibuu kenapa ga bangunin aku sih.."
Belum sempat Ayudia menyahuti ucapan Vatar, sudah ada Nawa yang berjalan lunglai dengan mata nya yang sudah sipit semakin menyipit karena masih ngantuk ini.

Bukannya ga ngebangun i, namun dilihat jam masih pukul 02.45 WIB. Masih terlalu pagi untuk anak itu terbangun, Ayudia sudah berencana membangunkan Nawa setengah empat nanti supaya tidak terlalu lama menunggu. Sekalian sama suaminya.

"Eh bokem gua udah bangun, sini sini duduk.." Vatar berucap setengah becanda dengan mempersilahkan adiknya untuk duduk disebelahnya. Nawa mendudukkan dirinya dengan sebal. Kemarin ia sudah tidak sahur karena kata ibunya susah dibangunkan, apanya yang susah sih..

Ayudia tersenyum maklum, setelah meminta maaf dan mengusak kepala anaknya ia kembali membantu mbak Eka menyiapkan sahur. Tidak rumit, karena bahan dikulkas sudah nipis.

Tak lama kemudian terdengar lagi langkah kaki dari arah belakang mereka, Aditya sudah dengan wajah segarnya karena juga telah menyelesaikan sholat sunah tahajudnya.
Katanya sih hidup harus balance, dunia iya, akhirat iya. Dan ia ingat ceramah dari ustadz siapa gitu, doa di sepertiga malam begitu manjur. Bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat dan tepat. Begitupun dengan doa di tahajudnya. Makanya ia mulai rajin melaksanakan sholat malam nya, agar semua apa yang diimpikannya, diimpikan anak anak dan istrinya lancar selalu. 

"Sayang kamu bikin apa,?" Aditya merangkul istrinya dari belakang tanpa tahu malu padahal disebelahnya ada Eka yang tengah menggoreng ayam. Sungguh Ayudia risih dengan perlakuan suaminya, ia suka namun risih, takut khilaf katanya. Xixiix

"Lepasin ih mas, ada mbak Eka apa ngga malu ish." Omel Ayudia, sudah hampir ia akan memukul Aditya dengan uleg an yang dipegangnya.

Karena tidak ingin kepalanya benjol, Aditya melepaskan pelukannya. Ia tersenyum malu didepan Eka dan pergi begitu saja menghampiri anak anaknya yang duduk lunglai di meja makan. Satunya santai dengan games ditangannya. Satunya lagi? Duh, itu kepala sudah nempel di meja dengan mata tertutup rapat.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang