PART 24

522 56 21
                                    


Tolong untuk tetap bersyukur apapun yang terjadi, setidaknya kamu masih tidur diatas kasur, kamu masih makan tanpa khawatir lapar, kamu masih bisa nonton tv dan main hp. Tolong syukuri itu, banyak dari mereka yang bahkan untuk sekedar tidur saja mereka takut diusir.

.
.
.
.

Prediksi Ayudia meleset semua. Ia kira anak bungsu nya ini hanya paling lama ranap 4-5 harian, namun hingga kini menginjak hari ke 8 anaknya masih terbaring di ranjang pesakitan rumah sakit tempatnya mencari nafkah. Ia sudah bereskan perkara ners kemarin yang membuat kedua tangan anaknya bengkak, ternyata setelah di selidiki rupanya itu anak baru sombong nya bukan main, dan bukan anak siapa siapa. Bukan anak pejabat seperti yang dibicarakan. Ia orang biasa, maka dari itu Ayudia ataupun Aditya tidak mengambil tindakan hukum. Hanya diberi sanksi hukuman terhadapnya. Supaya suster baru itu tidak memiliki catatan kriminal, agar nanti tidak kesulitan juga jikalau ia ingin mencari kerja yang lain. Semoga ia beneran kapok agar tidak membahayakan dirinya sendiri. Dan orang lain tentu nya.

Flashback: kemarin

Ayudia dan suami berjalan dengan cepat menuju kamar rawat putranya yang berada di lantai 5 rumah sakit TARUMANEGARA ini, ia menyesal meninggalkan Nawa dan Vatar seorang diri disana. Meskipun ada mbak Eka namun tetap saja,

Begitu memasuki lift, segera Ayudia menekan tombol angka 5 dan lift pun naik sesuai dengan angka yang dituju. Begitu terdengar bunyi ting pasangan suami istri ini segera keluar dari lift tersebut dan berjalan beberapa langkah hingga ketemu pintu yang bertuliskan

VIP room: 24
Tn. Nawashaka Chakka A
20 th_

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam.. "

"Ya Rabb, tangan adek kenapa bisa begini, ini gimana bang ceritanya.." Ayudia membekap mulutnya, dia seorang dokter namun melihat Nawa menatapnya dengan tatapan sayu karena menahan sakit membuatnya merasa sangat bersalah.

Aditya pun maju, ia membawa tangan itu untuk diciumnya, tangan yang harusnya lentik itu malah membengkak sebenarnya tidak terlalu besar namun terasa tebal saat memegangnya.

"Ya kemarin itu awalnya aku juga ngga ngeh ya mbak Eka, -Eka mengangguk..
Terus mbak duluan yang tau yah, Bun. Kalau tangan adek itu memerah.. aku ngira nya biasa tapi adek ngeluh itu tuh gatel panas gitu yah Bun. Yaudah aku keluar panggil ners. Dan ada satu ners yang ntahlah intinya aku ga kenal dia biar dia benerin dulu ini adek aku, tapi dia ngecabut infus itu ga pelan, adek sampe netes air matanya grgr itutuh.. abistu dipindah, nah setelah itu aman. Aku gatau dia injeksi apa ke infus sebelah kanan nya yang baru tapi aku omeli eh malah dia ngancem balik katanya orang tua nya pejabat."

Ayudia mengangguk , "coba panggil bang. Kamu inget nametag nya kan." Ucap Ayudia dengan nada dingin dan pandangan lurus kosong kedepan. Eka memilih menepi, dari tatapan nya pak bos dan bu bos bukan untuk main main.

Vatar mengangguk, ia keluar untuk mencari ners Arshinta Eka W ..

"Udah ngerasa enakan dek,?"

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang