allooo gaiss... Heheh .
Sekali lagi aku kasih tahu ya. Nawa, Ayudia, Aditya, Vatar itu REAL.
Mereka ber4 ada semua. Dan ada yang membaca book ini. Doain Nawa real selalu sehat ya gais ya, doain Vatar juga. Mereka ada. Dan orng terdekat ku. Yang aku tambahkan hanya beberapa pekerja saja. Bahkan Tessa dan Mikha juga ada. Dan mereka kerja nya juga gitu. Hehee...
dahh.. skuyyyyy
.
.*****
Ayudia masih dengan posisi yang semula. Ia memangku kepala Nawa. Tak lupa selalu ia bisikkan beberapa surah dalam Al Qur'an dan salah satu Fatihah dan ia tiupkan di sekitar wajah Nawa. "lindungi dan jaga anakku dimanapun ia berada ya Allah. Tiada yang lebih baik dari perlindungan mu. Aamiinn." Lirih Ayudia. Nawa masih memejamkan mata nya lelah. Setelah tadi menjalani ruqyah dengan bapak nya Sonia. Anak itu langsung terlelap nyenyak sekali. Tapi ketika kepalanya di taro di bantal sudah pasti akan membuka mata nya dan mulai menangis lagi. Nawa bisa mendengar sesuatu yang diucapkan oleh sosok itu meskipun tubuhnya sedang di'pakai' tadi. Sempat mengalami sesak nafas juga namun bisa di atasi oleh Ayu.
Di kamar Nawa, Ayudia masih ditemani ibu nya yang kini tertidur di kasur tambahan yang jarang dipakai, kasur itu cukup tebal dan luas jika hanya di gunakan oleh satu orang. Endang juga masih terjaga, ia khawatir jujur. Ayudia terharu melihat sang ibu yang sedikit menunjukkan kepedulian terhadap Nawa. Tidak banyak, namun cukup membuat hati nya menghangat.
"Sudah hampir pagi Yu. Kamu tidur aja, biar ibu yang jaga. Pagi nanti kamu ada operasi kan." Ucapan Endang yang terdengar pelan takut akan membangunkan Nawa itu membuat Ayudia mengalihkan pandangannya yang semula masih menatap lekat Nawa.
Ayudia mengulum senyum "Nawa kalo ngga dipangku gini pasti bangun bangun terus nangis Bu, gapapa.. "
"Sini ibu aja yang pangku, kamu tidur sebelahnya aja. Jadi kalau anak ini kebangun atau apa kamu kan tahu." Ujar Endang sambil menata tempat untuknya memangku kepala Nawa.
"Nawa Bu.. Nawashaka.. jangan biasakan nyebut 'anak ini' hehehe."
Endang mendengus namun ia beranjak dari kasur nya dan mendekati kasur king size itu, dengan perlahan Ayudia mulai mengangkat kepala Nawa. Endang menaiki kasur Nawa kemudian membawa kepala Nawa ke pangkuannya. Memang sedikit melenguh dan membuka mata namun dengan cepat Ayu tenangkan. Dan Nawa tertidur nyenyak lagi.
"Ibu gapapa beneran? Kalau ngga kuat bilang ya Bu, aku merem bentar.." tanya Ayudia sambil merebahkan diri disamping Nawa,
"Udah kamu tidur aja, nanti kalau ibu capek ibu bangunkan kamu."
Menghangat sekali hati Ayudia sekarang, "terimakasih Bu . Semoga ibu bisa menerima Nawa seperti ibu menerima Vatar." Gumam Ayudia tanpa sadar. Karena setelah itu ia benar benar tertidur.
Endang terdiam, ia lanjutkan acara mengelus kepala Nawa. Sambil membacakan Al Fatihah dan beberapa surah pendek lainnya. Supaya anak ini terjaga oleh lindunganNya. "Jangan jadi anak yang lemah Nawashaka. Ibu kamu sayang sekali sama kamu. Kamu harus menjadi anak yang tangguh, yang kuat. Semangat selalu menjalani hidup. Semoga kebahagiaan selalu datang pada mu dan semua, aamiinn" Gumamnya pelan yang hanya di dengar oleh nya.
Oh iya kalian pasti tanya tanya Aditya dan Vatar dimana. Mereka sekarang masih harus begadang di ruang tamu bersama Akbar. Btw Sonia sudah pulang diantar Vatar tadi. Mereka selesai ruqyah pada pukul 23.30 karena sosok yang merasuki bergantian keluar masuk. Mereka masih harus membuka mata sampai pagi. Itu syarat nya.. Kalau Aditya dan Akbar masih melek beda dengan Vatar yang sudah tekluk tekluk xixixi .
"Yang merasuki anak kamu ada beberapa sosok, salah satunya yang paling kuat sosok perempuan Dit. Dia penunggu rumah ini, lebih tepatnya di praktekkan istri kamu. Makanya pas abis dari taman anak kamu udah di buntuti, si sosok itu tahu. Dan ia melihat celah itu, lalu mudah sekali merasuki Nawa."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASHAKA✓
FanfictionNamanya hidup juga harus sabar, emang berat sih tapi kan hadiah nya surga. Kalo mau ringann mah hadiahnya cuma kipas angin hehehe nawnawww