PART 03

1.4K 77 20
                                    

"Mas, aku mau libur praktekkan aja ya sore ini, pengen jagain Nawa." Ujar Ayudia, dia masih gelisah dengan keadaan Nawa. Padahal tadi ketika di periksa suhu tubuhnya memang sudah turun akan tetapi ruam dan bintik masih terlihat jelas di kulit pucat nya Nawa.

Aditya yang mendengar hal itu hanya menghela nafas pelan. Bukan perkara uang yang ia fikir, akan tetapi ada aturan kenapa praktekkan harus tetap jalan. Tetapi kalau difikir lagi, dengan keadaan seperti ini Ayudia akan kehilangan fokusnya, otaknya akan selalu berfikir tentang keadaan Nawa. Ia sudah memutuskan,

"Iya, kamu libur aja sore ini. Kamu bicarakan sama Tessa ya. Biar dia info kan." Jawab Aditya.

Ayudia mengangguk dan mulai mengotak atik hpnya untuk menghubungi asisten pribadi nya di praktekkan rumahnya.

.

"Hallo assalamualaikum, Tessa.."

"..........,"

"Kamu tidak perlu berangkat kemari ya Tessa, sore ini saya mau libur dulu praktekkan nya"

"..........,"

"Bukan.. bukan.. saya baik baik saja, hanya saja tadi Nawa alerginya kambuh. Saya takut tidak fokus merawat pasien jika fikiran saya hanya dipenuhi oleh Nawa"

"..........,"

"Alhamdulillah, udah membaik. Tidak perlu pergi ke rumah sakit kok Tess, bisa saya rawat sendiri hehe.."

"..........,"

"Iya nanti saya sampaikan salam kamu ke Nawa, ya sudah Tess terimakasih ya. Kamu cari hiburan saja sana biar tidak stress juga pagi siang sore berkutat sama obat"

"..........,"

"Sama sama Tess, assalamualaikum"

"..........,"

*****

"Ibu mana ya bang" Ucap Nawa celingukan mencari ibunya. Vatar yang mendengar suara serak dari adeknya melirik sekilas,

"Mau gua panggilin? Denger dengar tadi ibu libur praktekkan sih" Jawab Vatar sembari menurunkan handphone nya yang sebelumnya ia pakai bermain game online,

"Bentar gua panggilin dulu" lanjutnya. Dan Vatar pun berlalu begitu saja, tanpa menunggu jawaban Nawa.

Disaat abangnya keluar memanggilkan ibunya, Nawa sedikit termenung sambil menatap langit langit kamar orang tuanya. Tak terasa air mata menetes dari kedua pelupuk matanya.

Merasa lemah, tidak berguna dan pemikiran pemikiran jelek lainnya yang selalu menghantui nya tiap dia sakit.

Tak lama terasa usapan lembut di rambut panjangnya, Nawa menoleh dan mendapati ibunya sudah berada di sampingnya. Ia tidak merasa kan kehadiran ibunya, mungkin karena Nawa terlarut melamun.

"Kenapa?" Tanya ibunya lembut, lembut sekali sembari mengusap rambut nya. Nawa masih terdiam dan air mata kembali menetes, kali ini lebih banyak dari sebelumnya. Ayudia yang melihat hal itu hanya tersenyum menenangkan. Ia faham sekali jika memang seperti itu Nawa ketika sakit, sangat mudah menangis emosinya juga belum stabil.

"Maaf udah ngerepotin ibu.. maaf udah.. udah bikin ibu khawatir" kata Nawa sambil menangis sesenggukan. Bulir air mata berlomba jatuh lagi.

"Ssssstttt sayang.. ga ada yang di repot kan, ibu hanya khawatir sama anak ibu yang ganteng ini. Sudah sudah, sssstttt sudahh nanti muka kamu tambah bengkak," Ujar Ayudia.

"Nawa juga tidak perlu minta maaf, tidak ada yang harus di maafkan nak," lanjutnya.

Nawa mengangguk dan sedikit tersenyum, sungguh hatinya menghangat dan tenang mendengar penuturan ibunya. Ia juga merasa sangat beruntung dilahirkan oleh perempuan yang ada di hadapannya ini.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang