PART 30

414 54 21
                                    

Rindu yang tak bertepi ialah rindu pada seseorang yang telah pulang terlebih dahulu...

.
.
.

Subuh tadi Vatar juga pak Pri sampai rumah. Bersamaan dengan pulangnya para jamaah yang menyelesaikan ibadah subuh. Sekarang, sulungnya pak Ditya itu sudah tertidur nyenyak dengan menggelar kasur di ruang tengah. Katanya sih malas untuk naik keatas.

Seperti sebelum sebelumnya, yang bangun lebih dulu adalah Eka. Ia sengaja membersihkan rumah dikit dikit pas pagi gini, agar nyapu halaman depan ngga kena panas. Juga pas nyapu halaman praktekkan ngga keganggu sama lalu lalang para orang tua pasien.

Melihat Vatar yang tidur dengan nyenyak, Eka memutuskan untuk menyapu halaman praktekkan dulu. Ia bisa mengukur waktu dengan membersihkan praktekkan terlebih dahulu,

Eka berjalan menuju pintu depan, dan setelah menutup nya ia kembali berjalan ke samping rumah untuk membuka gerbang kecil disana. Lalu ia ambil sapu lidi dan Eka mulai menyapu halaman praktek yang lumayan luas itu.

"Bu .. Bu .. permisi Bu.."

Eka terkejut mendengar panggilan dari gerbang depan praktekkan. Ada bapak bapak dengan sarung yang dipakainya di kepala, padahal sudah memakai jaket tebal juga keliatannya.

Lalu Eka mendekati bapak tersebut tanpa membuka gerbang utama praktekkan itu, "Kenapa ya pak,? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Eka ramah. Harus sih, kalau engga nanti yang kena pasti bos nya.

Bapak tersebut nampak mengeluarkan kertas dari tas selempang nya, "Ini hasil lab cucu saya kemarin. Dokter nya sudah datang belum Bu,?"

Eka lantas mendongak menatap awan yang dengan gagahnya memperlihatkan betapa tinggi dan luas nya ia.

Dokter mana yang dateng jam 5 an gini sih pak..

Masih agak gelap, "Buka praktekkan nya nanti pak. Jam setengah 7 an itu pendaftaran. Terus kalau engga ada kendala biasanya di jam setengah delapan dokternya mulai praktek. Bapak bawa aja surat hasil lab nya nanti untuk dikasih ke dokter Ayu. Saya cuma pembantu pak disini."

Nampak bapak itu menunduk lagi, ia memasukkan kembali hasil lab dari cucu nya. "Ya sudah boleh saya pesan nomor antrian Bu? Biar ngga terlalu terakhir."

Eka tersenyum. "Maaf pak, bukannya tidak boleh. Karena saya tidak stay disini. Kalau bapak mau urutan pertama, bapak stay saja disini. Nanti jam 6 an pagi ada mbak mbak cantik yang datang membuka gerbang ini. Nanti bapak bisa langsung masuk, jam setengah 7 nya pendaftaran dimulai."

"Oh.. iya deh Bu. Terimakasih ya, saya sudah duduk disini dari setengah 5. Soalnya Senin gini pasti rame banget. Jadi saya inisiatif berangkat awal."

Eka mengangguk. "Bapak tunggu saja ya, mau saya buatkan teh atau apa gitu?"

Bapak itu menggeleng ribut, "Ngga ngga terima kasih Bu. Saya sudah minum teh tadi,"

"Oh baik pak, yasudah saya lanjut nyapu sama beberes ya pak. Silahkan ditunggu dulu, karena saya ga megang kunci gembok itu nya."

"Iya Bu. Terimakasih banyak."

Eka tersenyum, lalu melanjutkan kembali tugasnya. Eka saja sampai lupa semalam ngga ambil apd Bu bos nya di praktekkan. Dengan cepat ia masuk ke praktekkan, sekalian membersihkan ruangan Ayudia juga sekalian ambil apd yang semalam belum sempat ia ambil.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang