Nawa itu istimewa, kesayangan semua orang. Ayah ibu nya berjuang sekali demi bisa melihat Nawa. Dulu, ia lahir sebelum waktunya atau bisa di sebut prematur. Dengan banyak nya kegiatan Ayudia, kelelahan ekstrim yang dialami Ayudia berdampak kepada si jabang bayi. Iya, Ayudia sangat terpukul sekali dengan keadaan nya Nawa. Ia selalu menyalahkan dirinya sendiri karena nya Nawa harus terlahir berbeda. Karena nya, Nawa tidak bisa merasakan euphoria anak anak seusia nya.
Jam menunjukkan pukul 06.45, pagi ini Ayudia tidak ada operasi di rumah sakit. Makanya ia menyuruh Tessa untuk membuka praktek nya lebih awal untuk pendaftaran pasien.
"Sayang, aku berangkat dulu ya. Aku ada acara di kampus. Maaf ya ngga bisa nemenin sarapan pagi," ucap Aditya. Dengan berpakaian rapi ia meminum vitamin nya, lalu ia berdiri dan mencium kening Ayudia.
"Iya mas, gapapa. Aku sarapan sama anak anak aja. Mas hati hati ya," kata Ayudia. Ia raih tangan suaminya dan ia cium tangan itu.
"Assalamualaikum sayang,"
"Waalaikumsalam mass,"
.
.
.
Mari kita lihat, pangeran tidur apakah sudah bangun??? Oh tentu belum. Gundukan selimut itu dan gelapnya kamar ini menunjukkan bahwa makhluk hidup satu ini masih berkelana ke ujung dunia xixixi."Vatar.. Vatar.. bangun nak" Ujar Ayudia dengan tangan yang mengelus rambut Vatar. Vatar bergerak, Ayudia tersenyum ia kira Vatar akan bangun. Ternyata hanya berpindah posisi tidur.. Ya Allah hmmm
Tanpa menyerah, Ayudia pun menarik selimut Vatar lalu ia buka hordeng kamar nya. Seketika cahaya matahari bersinar masuk melalui jendela kamarnya.
"Hnngggh paan sih ah" Vatar membuka mata sedikit, dan ketika melihat perawakan sang ibu yang berdiri di hadapannya membuat Vatar seketika terduduk. Ia baru ingat ini jadwal ke kampus nya.
"Abang cepetan mandi ya, hari ini ke kampus kan? Ibu tunggu dibawah sekalian ngeliat adek" Ucap Ayudia, setelah mendengar gumaman Vatar. Ia pun beranjak keluar dari kamar Vatar.
Sebelum memasuki kamar Nawa, Ayudia berinisiatif untuk ke dapur terlebih dahulu.
"Mbak Eka, minta tolong buatin roti isi ya. 2 aja. Nanti bubur buat adek biar saya yang bikin, Mbak juga buat sarapan ya"
"Nggih Bu,"
Tersenyum menanggapi, lalu Ayudia pun berlalu dari dapur. Ia berjalan menuju kamar anak bungsu nya. Pintu bercat putih dengan adanya papan nama bertuliskan "Nawa's Room" ia buka perlahan. Ayu menghela nafas pelan melihat pemandangan di depannya. Nawa masih tertidur mengenakan selang oksigen nya, sebab semalam asma nya kambuh. Untung disana ada Ayudia jadi ia bisa menolong anaknya. Ntah apa yang terjadi jika ia tak berada disana.
Ayu berjalan ke arah jendela kamar anaknya. Ia buka perlahan hordeng jendela tersebut dan jendela nya juga. Agar sirkulasi udara dapat bergantian masuk keluar. Anjay
"Adek.. bangun nak," Ujar Ayudia pelan sambil mengelus rambut Nawa. Lenguhan terdengar, Ayudia tersenyum melihat perlahan mata sipit itu terbuka. Nawa mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan sinar cahaya yang menembus masuk juga ke dalam kamarnya.
"Udah bangun Bu," Sahut Nawa ia kucek matanya. Lalu dengan sigap Ayudia menyekal tangan tsb. "Sudah sering ibu bilang untuk jangan di kucek matanya nak, iritasi nanti" Omel Ayudia. Nawa hanya meringis lucu mendengar Omelan ibunya.
"Nawa mau sarapan dibawah aja Bu, udah gapapa ini," Ucap Nawa.
"Iyakahh?? yaudah ibu lepas ya oksigennya,"
"Iyaaaa" Mendengar jawaban semangat dari Nawa, membuat Ayudia tertawa kecil. Sebelum ia melepaskan selang di hidung bangir Nawa, ia menyemprotkan hand sanitizer ke telapak tangannya. Setelahnya ia tarik selang itu dari hidung Nawa lalu ia gulung dan ia matikan alat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASHAKA✓
FanfictionNamanya hidup juga harus sabar, emang berat sih tapi kan hadiah nya surga. Kalo mau ringann mah hadiahnya cuma kipas angin hehehe nawnawww