PART 25

442 55 17
                                    

Bahagia atau tidaknya kita, itu kita yang tentukan. Jangan terlalu gampang kebawa perasaan .. dan jangan terlalu dengerin apa kata orang

.
.
.
.
.
.

Hari ini, kondisi Nawa sudah 70% membaik. Ruam yang ada pun sudah sembuh, tidak terasa gatal atau apa hanya meninggalkan bekas kemerahan yang lambat laun akan menghilang. Rencana nya kalau sampai nanti siang udah ga ada keluhan apa apa mah dia bisa pulang besok.

Menjelang siang, ia ditinggal sendiri di kamar rawatnya. Ibunya ada operasi 3 sekaligus, dan ayahnya baru bisa balik lusa. Kalau Vatar ntahlah, katanya sih ada acara dikampus, baru bisa nemenin Nawa pas malem. Tadi pagi sekali, mbak Eka sudah datang membawakan bubur halus polos kesukaannya, juga beberapa kebutuhan lain dan beliau pamit lagi karena harus mencuci dan menyetrika beberapa helai pakaian Nawa yang kotor di rumah sakit.

Nawa sudah bisa berjalan sendiri ke kamar mandi, ia tidak ingin merepotkan yang lain. Semangatnya untuk segera pulih sangat menggebu gebu sekali, yah terkadang ia juga memanggil suster kalau lemas nya datang lagi. Namun intensitas tidak sesering kemarin juga. Ia bersyukur sekali bisa membaik seperti sekarang, kemarin biarlah menjadi kemarin. Pikirannya sekarang hanya ia harus sembuh, perjalanan masih sangat panjang..

"Selamat siang Nawashaka ya,?"

Nawa yang tengah menonton televisi itu mengalihkan pandangannya ke arah pintu, "Ah iya, siapa ya,?" Tanyanya sopan. Sebab bapak bapak ini tidak terlihat mencurigakan, ia memakai seragam ojek online yang tengah buming sekarang ini.

"Ini, ada kiriman makanan dari Bu Ayudia, katanya sebagai camilan."

Nawa menerima bingkisan wadah Styrofoam itu, memang tertulis nama sang ibu disana. Tapi bukan nya ibu ada operasi ya, "Ah iya terimakasih pak, sudah dibayar apa belum,?"

Nawa sudah bersiap mengambil uang di balik case handphone nya. Namun keburu dicegah

"Sudah mas, saya foto dulu ya.."

"Iya pak." Nawa tersenyum biasa menatap kamera si bapak yang dihadapkan padanya. Setelah selesai bapak itu keluar,

"Tumben banget ibu jajan diluar, biasanya bikin." Gumam Nawa, sedikitnya agak heran karena di kresek nya ada tulisan tempat restoran yang di kenali nya.

Ia tidak memakan itu, sebelum kroscek dengan ibunya. Takut Nawa tuh gaisss, kayak kejadian infus itu tanpa pengawasan sang ibu udah jadi petaka baginya. Intinya, Nawa harus jadi anak baik.

Nawa taroh lah itu makanan di nakas tanpa ia buka sama sekali, nunggu si ibun sekalian, lagipula ia juga masih kenyang.

Kembali matanya ia fokuskan ke televisi yang menyala itu, tayangan kesukaan dia ya tidak lain dan tidak bukan Upin Ipin. Lama kelamaan ditengah teriknya siang ini, hawa dingin dari AC Nawa menaikkan selimutnya hingga ke dada, dan tak lama mata sipit itu terpejam.. dengkuran halus juga terdengar dari mulut Nawa yang sedikit terbuka. Ah kyeoptaa

**

Supri di perintahkan lewat handphone oleh Ayudia untuk mengantar jemput serta menemani Eka di RS sampai Vatar kembali, dikarenakan Vatar tengah ada acara di kampus. berhubung semua ada kerepotan makanya Supri yang di suruh antar jemput, menemani Eka dan tugas menjaga rumah ia limpahkan ke Dani. Praktekkan buka pagi saja, ya karena itu setelah jam pagi habis Ayudia tiba tiba mendapat panggilan ada operasi besar nya dua, dan operasi kecil satu.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang