PART 32

477 57 25
                                    

Orang ngga punya itu selalu dipandang rendah oleh siapapun. Ingat, siapapun. Bahkan setan kalau ketemu pasti minggir.

.
.
.

16.15 WIB

Dani menangis, air mata tak terbendung kala melihat partner berjaga nya pulang kampung. Sedikit banyak, ia sudah mendengar cerita seliweran tentang Supri yang mengambil jam tangan Nawa. Yang Dani sesalkan, kenapa ia tidak bicara padanya. Dani itu punya uang kok, hasil kerja nya ditabung sendiri, ia juga belum menikah. Palingan berkurang untuk TF kerumah, itupun ga banyak karena orang tuanya masih bekerja dua dua nya, dan ada kakak nya yang ikut tinggal disana juga bekerja. Kalaupun Supri minjem juga gapapa. Tapi kenapa nekat sekali, bukan apa apa ya. Sama sama ngerasa ngga enak aja sih. Bos nya sebaik itu, emang kadang cerewet Bu bos nya. Tapi ya sewajarnya perempuan cerewet itu bukan hal baru.

Kalau diingat ingat, anaknya pak Pri itu juga sebagian biaya sekolah ditanggung oleh Ditya. Jadi Supri nya tinggal kirim uang untuk makan sehari hari saja. Tapi kok tiba tiba sekali, langsung minta 4 juta itu buat apa coba. Dani juga ga habis pikir dan berani beraninya ngambil itu loh yang bikin Dani kaya kehabisan kata. 5 tahun bekerja bersama baru kali Supri seberani ini.

"Pak Dan.. "

Dani terlonjak, ia terlalu lama merenung rupanya. "Astagfirullahaladzim.."

"Iya Ka, ada apa?" Tanya Dani saat mendapati Eka berada di depannya.

"Pak Dani melamun ya? Kenapa pak?" Tanya Eka, ia mendudukkan dirinya di kursi plastik sebelah Dani.

Dani mengusap wajahnya, "Kepikiran pak Pri, Ka. Udah sampe rumahnya apa belum, terus pas nyampe rumah kalau ditanya sama anak istri gimana jawabnya." Jawab Dani.

Eka pun sama, ia menunduk menahan tangis. "Andai saya bisa menahan pak Pri ya pak Dan.. mungkin ga kaya gini jadi nya. Alhamdulillah nya Ibu sama Bapak ngga masukin pak Pri ke penjara."

Dani mengangguk. "Iya, saya juga bersyukur akan itu Ka. Saya sebagai teman cuma ngerasa sedih aja, ga tahu sama sekali apa yang lagi di pikir atau lagi ditanggung sama Supri. Sampai dia berani mencuri,"

"Kamu diajak menjual jam mahal itu ga kepikiran apa apa gitu Ka,?" Dani melihat Eka yang masih menunduk. Kelihatannya abis menyiram tanaman jeruk dihalaman depan, terlihat dari dua ember dan gayung yang masih ada ditangannya.

Eka menggeleng, "Saya engga kepikiran apa apa pak Dan. Dia nangis ke saya kalau butuh uang cepat, sedangkan saya cuma megang 300ribu. Gaji pun udah saya kirim ke kampung. Saya juga gatau sebenarnya cara kirim uang, selama ini Bu Ayu yang selalu tanya uangnya dikirim berapa ke rumah gitu."

"Itu ngejualnya beneran cuma 3,5 aja ya Ka?"

Eka mengangguk, "Iya pak. Saya gatau harga jam. Wong saya pake jam yang harganya 25 an pak." Jawab Eka polos

"25 juta Ka? Wuihh.." heboh Dani, polos juga sih ni orang. Mana pake tepuk tangan lagi.

Eka hampir tertawa mendengar itu, "Ya Allah pak.. 25 ribu. 25 juta saya kerja sampai bungkuk yang ada kalau cuma buat jam tangan."

Dani menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Kalau gitu sama Ka, saya aja pake yang 30ribuan."

Mereka berdua tertawa bersama.

"Kita tunggu pak Pri ya Ka, dikasih waktu seminggu katanya ya.." ujar Dani setelah meredakan tawa nya.

Eka mengangguk, "iya pak Dan.. mau gimana pun. Pak Pri itu seperti kakak bagi saya, tapi namanya manusia tetep ada celahnya."

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang