PART 23

496 72 20
                                    

Allo gengsss, mumpung aku lagi nganggur nih. Jadi ku gas aja nulis nya yakan..

.
.
.
"Semua orang di dunia ini capek. Jadi jangan merasa paling capek dihajar kehidupan. Sans aja, nyebat kuy."..

.
.
.
.

Nawa masih dengan tatapan dinginnya menatap Vatar yang juga sama menatap dingin. Mereka berdua sengaja dibiarkan berdua agar bisa berbaikan. Aditya dan sang istri tengah pulang ke rumah pagi tadi setelah sholat subuh. Ayudia yang harus hadir untuk praktekkan nya dan Aditya yang ada meeting di kampus nanti jam 8 pagi. Mbak Eka juga belum nampak hadir di RS mungkin lagi ribet sama urusan rumah.

"Biasa aja kali natap nya, gua tinggal tau rasa lu." Ujar Vatar. Jengah sekali ia karena sedari tadi Nawa menatap nya sinis ditambah dengusan dari bibir nya.

Nawa yang mendengar ucapan abangnya seperti itu merasa tidak terima, perasaan dia natap nya biasa aja. Abangnya aja yang baperan. Nawa, kamu butuh kaca kah?

"Ya gua santai kocakk!! Melek makanya jangan dipake merem." Sahut Nawa. Ia kembali membaringkan tubuhnya perlahan, agar tidak kejadian darah naik ke infus lagi seperti kemarin. Dirasa rasa tangannya ini kok kerasa agak tebal gitu ya. Hmmm

Vatar hanya melirik setiap apa yang Nawa lakukan, ia tidak mau banyak bicara lagi setelah semalem kembali mendengarkan ceramah dari ibu. Tidak tidak, ia tidak dimarahi pakai nada tinggi. Ibunya itu kalau marah silent treatment banget, jadi setelah di ceramahi pun Vatar ikutan kena didiemin ibu, ga lama juga kok ngedieminnya. Tungguin aja nanti juga baikan sendiri. Ngadepin orang yang silent treatment itu ga perlu dirayu rayu atau apa, biarin aja sampai dia berdamai sama amarahnya sendiri. Abis itu ntar juga nyapa sendiri. Ini pengalaman pribadi aku ya gais whshwhhshw

"Mau makan sekarang apa nanti lu sipit,?" Tanya Vatar. Baru aja dibilangin, nih anak udah mau ngajak ribut lagi. Ini mah bukan ceramah lagi Ayudia nya, tapi udah di tahap teriak.

Nawa tidak menjawab, ia bergumam saja namun Vatar juga tidak mengerti apa yang di gumam kan adiknya itu. "Yang jelas ege, lu mau makan gak? Kalo iya tadi gua minta mbak Eka buat bikinin bubur biar lu makan banyak, dia gojekin tadi pagi.
tapi jangan bilang ibun."

"Beneran,? Wah mau mau mau." Vatar mendengus, namun dalam hati ia juga bersyukur kalau adiknya mau makan. Semalam setelah kambuh yang ntah beberapa kali nya anak itu tidak menyentuh makanannya sama sekali, baru sesuap makan mual, baru sesuap makan lagi eh muntah lagi yang mana makanan yang sempat masuk lambung ikutan keluar juga.

Vatar kemudian menghangatkan bubur buatan Eka di microwave, ia tunggu sekitar 3-4 menit dan setelah ada bunyi tingg Vatar kembali mengambil bubur itu dengan bantuan lap agar tangannya tidak kebakar. Ia tiup tiup setelahnya Vatar suapkan ke mulutnya Nawa yang sudah terbuka, tumben sekali anak itu semangat seperti sekarang..

"Enak nggak,?" Tanya Vatar. Ia mengaduk aduk bubur itu supaya yang bawah ikut tercampur merata saat disuapkan.

Nawa mengangguk dengan mulut yang masih penuh akan bubur buatan Eka, "bagus, gausah dijawab. Kunyah sampe 32 kali Na, biar lambung lu ga kerja keras."

Nawa mengangguk dan tersenyum. Manis juga senyum anak ini, tapi kalau udah ngatain orang ya beda lagi. Bikin orang yang darah rendah jadi darah tinggi tanpa harus makan daging kambing.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang