PART 22

571 72 19
                                    

Sesekali lihatlah dibawah mu masih banyak yang tidak seberuntung kamu.
Kalau ngelihat atas mah ga akan ada abisnya~

Rumah sakit yang sedang merawat Nawa adalah tempat yang sama dengan dinas nya Ayu. Makanya ia santai saja sambil kerja bisa bolak balik lihat Nawa.

Sama seperti sekarang, jam 14.30 waktunya Ayu dinas dan Nawa ditemani oleh mbak Eka karena Vatar dan suaminya biasa pulang sore menjelang malam karena padatnya manusia yang mulai keluar untuk sekedar cuci mata kadang berburu takjil atau ngabuburit. Namun di sela sela waktu tetap saja Ayudia berusaha untuk bisa lihat Nawa disaat jam visit nya selesai.

"Tadi Nawa makannya banyak ngga mbak,?" Tanya Ayudia penasaran. Sambil ia mengecek tensi anaknya yang tadi pagi sempat turun lagi. Nawa terlihat menutup mata dengan dengkuran halus. Nassal canula masih terpasang apik di hidung bangir Nawa, sebenarnya tadi sudah dilepas namun menjelang dhuhur ntah kenapa sesaknya datang lagi disertai dingin di telapak tangan dan telapak kaki nya. Anak itu memang langganan darah rendah makanya tiba tiba aja badannya dingin.

Ayu mendesah lega saat alat pengukur tekanan darah itu menuju di 120/80 pertanda normal.

"Lumayan Bu. Tapi adek ngeluh ga ada rasa di makanan nya, emm... boleh ngga saya masakin aja dari rumah Bu, Biar nafsu makannya baik." Ucap sekaligus saran dari Eka. Nawa udah makan tanpa muntah walaupun cuma 3-4 sendok saja karena merasa makanannya ga gurih macam bubur buatan Eka.

"Jangan dulu mbak, biar makan dari sini aja dulu. Nanti saya bilang ke ahli gizi kalau yang buat adek dikasih rasa dikit dikit." Tolak Ayu. Sambil ia merapikan kembali alat tensi nya dan meletakkan di tempat semula, serta kembali mengalungkan stetoskop di lehernya.

Mendengar hal itu Eka hanya mengangguk sopan, ia hanya bisa menyarankan. Kalau soal gizi dan kesehatan memang lebih tahu Ayudia dibanding dirinya. "Baik Bu."

"Yaudah mbak, saya mau lanjut kerja juga. Titip Nawa ya. Nanti saya cek juga berkala anaknya, mungkin suami saya bisa pulang lebih awal nanti." Ujar Ayu sambil ia menatap jam tangan nya. "Permisi ya mba, nitip Nawa." Pamitnya tak lupa dengan senyuman.

"Iya baik Bu."

Sepeninggalnya Ayu, akhirnya Nawa membuka mata tak lupa dengan senyum tengil nya. Rupanya anak itu sedari tadi pura pura tertidur agar tidak ditanya tanyai oleh ibu nya. "Mas Nawa nih, mbak sampai deg degan banget tau tadi." Gerutu Eka.

Nawa memperlihatkan senyuman tengilnya,"ibu kalau ngomel perkara makan tuh nanti bisa sahur ketemu buka mbak, lagian mbak jujur banget sih bilang aja kalau makanku abis."

Eka tertawa pelan "Kalau yang itu mbak ga bisa bohong mas Nawa hehee."

"Gapapa mbak, makasih. Mbak sambil istirahat aja sana."

"Mas ngusir mbak,?" Ntah dari kapan art rumahnya ini sedramatis itu.

Nawa menggeleng,"Astagaa.."

***

Vatar baru saja keluar dari kelas nya, setelah dua jam tadi ia menghadiri kelas nya. Dengan segera ia berjalan menuju parkiran, biasa nya sehabis kelas ia bisa duduk duduk di kelas atau main dulu sama teman temannya, Jovan, Resi, Sonia dan Rayyan. Namun, saat mendapat pesan dari si ibu perkara adiknya di rumah sakit sendirian dengan cepat ia memutuskan untuk pulang. Perkara nongkrong bisa kapan hari lagi, kasihan kalau adiknya sendirian di ruang rawat itu. Ia masih kebayang waktu Nawa kerasukan, takut kalau sendirian tu anak ngelamun terus kemasukan lagi.

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang