AGUSTUS CERIA II

225 35 6
                                    

Kebahagiaan mu itu tanggung jawab kamu sendiri. Jangan tempatkan pada diri orang lain, begitu juga sebaliknya.. kamu ga bisa nyenengin semua orang.

.

.

.

.

Musim memang tidak bisa ditebak, siangnya panas sekali namun ketika malam dingin nya benar benar menusuk tulang. Dan pagi ini entah kenapa dingin nya berkali kali lipat kalau orang Jawa kebanyakan nyebut nya sih bedidhing. Yang selalu di khawatir kan oleh Ayudia dikala dingin hanya satu, Asma si bungsu.

Selepas melaksanakan sholat subuh berjamaah, Nawa sempat mengeluhkan sesak yang begitu menghimpit dada nya dan suara Mengi sehingga Membuat Ayudia, Aditya juga Vatar disana dilanda kepanikan. Memang sudah semestinya tidak begitu panik karena seharusnya sudah terbiasa akan hal itu. Karena kambuhnya Nawa merupakan intensitas yang sering terjadi saat dingin seperti ini. Namun ya karena itu Nawa, jadinya panik memang tidak bisa hilang dari diri mereka.

"Adek gimana Bun,?" Tanya Vatar, setelah mandi pagi dengan air hangat ia menghampiri kamar Nawa yang mana disana sudah ada ibu juga ayahnya berjaga.

Ayudia menoleh dan tak lupa senyum, "Baik kok bang.. tuh lihat anaknya tidur. Btw, Abang mau kemana pagi pagi gini udah mandi, mana wangi, udah ganteng lagi." Heran Ayudia saat menghirup wangi segar khas buah yang menguar dari tubuh Vatar. Karena si sulung nya ini tuh jarang mandi pagi, selain kuliahnya selalu siang, ia pun malas kena air dingin. Jarang pula keluar keluar juga kalau pagi hari,

Dih alesan aja sih

"Mau ke seblak dulu Bun.. nanti aku interview anak baru disana, tambah karyawan baru hehe." Jawab Vatar. Agaknya karena seblak semakin diminati membuat ia menambah beberapa karyawan baru lagi. Impian sederhananya adalah bisa membuka lapangan pekerjaan yang diperuntukkan bagi mereka yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena kekurangan.. dan perlahan terwujud karena keisengan juga.

Ayudia mengangguk, "Oh iya, jangan lupa sarapan ya tapi.." pesan Ayudia. Vatar kebiasaan melewatkan sarapan, karena anak itu tipe yang abis sarapan langsung bablas ke WC huhu .. jadinya dia suka melewatkan sarapan, kalau harus melakukan aktivitas berat paling banter dia mah makan roti aja,

"Emang kenapa tambah karyawan lagi bang? Makin rame nih yee.. cie cieeee.." ujar Aditya, setelah ambruknya si Nawa ia belum beranjak sedikitpun dari kamar si bungsu ini. Takut kalau kalau anaknya nanti butuh sesuatu, makanya sembari ia menyelesaikan kerjaannya sekalian nungguin anaknya ini.

"Aamiinn Yah hehee.. lumayan rame sih, aku kasihan sama anak anak kalau kurang orang gini." Jawab Vatar. Ia berjalan mendekat kearah Nawa untuk melihat apakah benar adiknya sudah membaik. Tampak Nawa yang tengah tertidur lelap setengah duduk dengan bantal yang ditumpuk sedemikian rupa oleh Ayudia, mungkin orang yang melihat semacam kurang nyaman. Namun bagi orang yang mempunyai gangguan pernafasan itu adalah sesuatu yang nyaman karena tidur dengan posisi agak duduk.

"Sistem nya di tempat kamu itu di shift atau ngefull dari pagi sampai tutup sih bang,?" Ayudia bertanya sambil ia memainkan mata Nawa yang masih tertutup.. sudah bangun kok tadi, tapi karena setelah mendapat serangan maka lemas pun tidak bisa dihindari, setelah sarapan dua sendok bubur halus tadi Nawa kembali tidur, bahkan tadi mulutnya belum sempat menelan bubur, namun matanya sudah merem.

'Astaga random sekali'

"Aku bikin sistem nya shift sih Bun.. biar mereka ada waktu buat istirahat. Kalau aku pake sistem full yang ada mereka kecapekan terus kerjanya ga bagus." Jawab Vatar. Ia melirik jam yang melingkar apik di pergelangan tangan kiri nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAWASHAKA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang