sembilan

9K 442 4
                                    

9. hari kematian mama

_____________________________

"Renaya, kamu lagi mandi? ayo cepetan kita makan malam!!"

panggilan itu membuat renaya ketar ketir karna tidak bisa menyahuti.

"anjinngg ini gimanaa!!" paniknya.

"Renaya? kamu di dalam?" tanya heran orang itu, itu suara Roy.

mata renaya tertuju pada mic dan tombol tekan di dekat speaker itu. dengan ragu tapi renaya akan mencobanya.

renaya menekan tombol itu dan mendekatkan bibirnya pada mic di sana.

"Renaya? kamu dengar papa kan?" tanya Roy lagi dengan mengetuk kamar mandinya.

renaya menarik nafasnya terlebih dahulu.

"Iya pah, renaya denger! renaya lagi berendam, eh ketiduran." jawab renaya dari mic itu, dia meringis semoga berhasil.

"syukur deh kalo gitu, papa tunggu di bawah yaa. cepetan nanti keburu dingin makanannyan." jawab roy lagi. renaya melotot kaget, berhasil oyyy.

renaya menekan tombol itu lagi. "ai ai kapten." jawab renaya. renaya menjauh dari mic itu.

dia bernafas legaa. takjub dengan ruangan ini, ternyata sangat amat berfungsi.

renaya menyudahi kegiatannya dulu, dia merapikan semua yang ada di sana. setelah dirasa rapi, renaya menyimpan handphone da laptopnya di laci samping laci belati.

jangan lupa, renaya membawa sisir dan lipstik itu bersamanya. tidak ada salahnya kan untuk berjaga-jaga.

renaya mematikan lampu ruangan dan bergegas menaiki tangga dengan cepat. sampai di atas dia keluar dari lemari dengan hati-hati. lalu menutup pintu rahasia itu kebali.

jangan lupakan kalung yang bisa mendengar dan melihat, renaya berjalan berjinjit pelan menuju kamar mandi, membuka kamar itu lalu mematikan shower. dia haduk yang tersedia, mebasahi rambutnya lalu dia berlagak seakan selesai mandi.

sembari keluar dari kamar mandi renaya berbicara. "bisa-bisanya gue ketiduran di sana, pegel anjir badan gue."

gadis itu memakai pakaian tidur, membiarkan rambutnya dililit anduk, gadis itu duduk di meja rias, memakai semua aksesoris itu kembali.

kalung itu masih menyala samar, gadia itu memakai parfum saja. lalu bangun dari duduknya untuk turun ke bawah untuk makan.

"selamat malam papa dan ka elvin tersayangg" sapa renaya dengan senyum manisnya.

"malam sayang" jawab Roy yang sudah duduk di kursinya.

elvin menatap malas adeknya. "lama lo, keroncongan nih gue" ujarnya berkata kesal.

Renaya menjulurkan lidahnya pada elvin. dia tidak menjawab perkataan kakanya barusan, tapi dia duduk di kursi samping roy.

Roy tersenyum gemas melihat intraksi kedua kaka beradik di depannya ini.

"udah cepet makan." ujar roy. kedua anaknya mengangguk patuh, mereka makan dengan damai.

sembari makan roy bertanya. "gimana sekolah kalian berdua?" ujarnya.

elvin mengangguk sembari mengunyah. "masih bagus, cuman wcnya aja kurang bersih" jawabnya, Renaya menahan tawanya saat mendengar jawaban kaka laki-lakinya barusan.

roy mendatarkan wajahnya, lalu berdecak. dia beralih menatap renaya, berharap renaya menjawab dengan benar.

"baik kok pah, gak ada masalah apa-apa." jawab Renaya sekenanya.

Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang