25. si gila doni
_________________________________
Renaya masih enak tenggelam dalam mimpinya, tapi anehnya dia merasa tempatnya tidur ini bergerak-gerak.
Renaya bergerak mencari tempat nyaman untuk melanjutkan tidurnya, sehingga dia merasakan usapan lembut di surai rambutnya.
kening Renaya berkerut karna bingung, bukannya dia tidur di uks?
Dengan gerakan perlahan, Renaya membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah rahang tegas pria paruh baya. Ah dia Roy, papanya.
Roy menunduk saat merasa di perhatikan dan mendapati Renaya yang sudah membuka mata cantiknya, anak itu memang sedang tiduran beralaskan paha Roy sekarang ini.
"Udah bangun?" Tanya Roy.
Renaya mengangguk kecil dengan senyuman tipisnya. "Papa ngejemput Renaya?" Tanya balik Renaya.
Roy mengangguk, tangan Roy bergerak merapikan helayan anak rambut Renaya yang berantakan.
"Papa tadi di telpon sama Elvin. katanya kamu makan pedes, padahal gak tahan pedes." kata Roy
Renaya menyengir lebar mendengar perkataan Roy barusan. "Soalnya Renaya pengen banget makan pedes." jawabnya.
"Nak, bisa bangun ga? paha papa kesemutan ini" kata Roy di selingi ringisan kecil. sekertaris roy yang mendengar keluhan tuannya terkekeh kecil.
Renaya bukannya menurut, dia malah memeluk perut papanya. "Ga mau, Renaya pengen begini dulu." jawabnya, Roy hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah.
"Ga tau kenapa, firasat gue ga enak buat kedepannya..." kata Renaya membatin.
_________________________________________
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumsalam."
Renaya yang baru saja memasuki rumahnya menoleh pada ruang tamu, dia mendengus jengah saat ada Bunga duduk dengan santainya di antara pemuda-pemuda di sana.
"Gelandangan mana nih lo angkut, Ka?" Kata Renaya yang tersirat kata sindiran pada Elvin yang baru turun dari tangga.
Elvin melirik sekilas pada Bunga di sana. "Kolong jembatan." katanya, sedangkan Bunga langsung menundukan kepalanya dalam karna telah di rendahkan.
"Heh, mulutnya!" tegur Roy.
Renaya tertawa kecil, dia bahkan melirik pada Bunga yang menatapnya dengan tatapan tajam. sebelah alis Renaya terangkat dengan tangan yang berada di saku celana olahraga yang di kenakannya.
"Santai dong matanya, kesindir lo?" tanya Renaya dengan tatapan remehnya.
Bunga gelagapan, dia menggeleng tidak menyetujui ucapan Renaya barusan. "E-enggak kok..." katanya mencicit pelan.
Arka bangun dari duduknya saat melihat Roy sudah menjauh dari ruang tamu menuju ke lantai atas. Dia menghampiri dua kaka beradik yang masih berdiri di sana.
"Masih sakit?" Tanyanya dengan tangan yang hendak menyentuh perut Renaya.
Renaya mendelik sembari menepis tangan lancang Arka. "Nanya ya nanya aja! gausah nyosor juga anjir." Kata Renaya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)
Ficțiune adolescențiTransmigrasi 3 Alur lambat. ----- Ini cerita tentang seorang gadis berusia 25 tahun bernama, Renaya Margaretha. Gadis yang hidup hanya bersama Ibunya tanpa tau siapa Ayahnya. Suatu ketika, lebih tepatnya saat Renaya gajihan. Gadis itu membeli sebu...