22. kelinci (?)
______________________________
Renaya berjalan di koridor sekolah dengan sesekali bersiul, dia juga sesekali membalas sapaan dari beberapa murid dengan senyum ramahnya.
Tatapan Renaya terpaku pada gadis yang bergelagat aneh di depannya. Sejenak, Renaya tersenyum miring melihat Gadis itu semakin dekat dengannya sambil menunduk.
"Hohoho, apa dia mau ambil peran pagi-pagi begini?" Kata Renaya.
Renaya melirik sekilas pada bekal makanan yang ada di tangan gadis yang tidak lain tidak bukan adalah Bunga.
Hingga sampailah bunga di depan Renaya yang kini berhenti dan memperhatikan gerak-gerik Bunga.
"Minggir, lo ngalangin jalan gue." Desis Renaya.
Bunga bergeming di tempat, dia diam sambil memegang erat kotak bekal di tangannya. Renaya sampai berdecak karna kesal.
"Renaya, boleh aku titip bekal buat ka Elvin?" Tanyanya sesekali melirik Renaya seakan takut-takut.
Renaya menaikan sebelah alisnya, ah sekarang dia tau maksud dari gadis licik ini.
Renaya bersedekap dada."Sayang banget gue males, lagian kelas gue sama Ka Elvin berlawanan arah. Bisa antar sendiri kan?" Jawab Renaya.
Bunga dengan cepat mendongak, sialnya dia malah melihat senyum meremehkan dari wajah cantik Renaya. Bunga kembali menunduk menatap bekal yang di pegangnya semakin erat.
"Udah kan? Awas! gue mau kewat." Setelah berkata demikian, Renaya berjalan melewati Bunga dengan lancar jaya.
Bruk..
Tapi bukan Bunga namanya kalau tidak ada drama. Langkah kaki Renaya terhenti saat mendengar suara jatuh dari belakang. Dia menghela nafas panjang, Sepertinya Bunga akan mati jika tidak melakukan drama dalam satu hari.
Renaya menatap lurus kedepan dengan tatapan datar, enggan rasanya untuk menengok kebelakang.
"Bunga, gue gada urusan sama lo. Selagi gue masih males ngeladenin, gue peringatin lo berhenti sekarang juga"
Bunga menunduk dalam, entah kenapa aura Renaya terlalu mendominasi sekarang ini. Dia berusaha sekut mungkin agar tidak takut dengan gadis itu.
"A-aku ga gangguin kamu, Rena." Kata Bunga lemah, sesekali sorot matanya melirik ke samping kanan dimana terlihat ada Arka beserta teman-temannya yang memperhatikan mereka.
Kenapa mereka tidak menolongnya?
Renaya berdecih. "Terserah lo mau dengerin gue atau engga, setidaknya gue udah kasih lo peringatan."
"Maaf Renaya, Tapi aku mau semua yang kamu punya. So, aku ga bakal takut sama gertakan kamu.." Lirih Bunga dengan sorot mata benci menatap punggung Renaya.
Renaya mendengar, dia mengangguk. "Kalo itu mau lo." Kata Renaya terdiam sejenak.
dia menoleh kebelakang, menatap Bunga melalui ujung matanya. Dia tersenyum mengerikan pada Bunga.
"Selamat datang di kehidupan mengerikan. Gue harap, lo bisa bertahan sampai akhir...ya?" Renaya terkekeh sinis.
Renaya melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti, dia menatap datar kedepan dengan tangan mengepal di samping badan. Seperkian detik setelahnya dia menormalkan ekspresinya seperti biasa.
"Buset, keren juga gue barusan." Gumamnya sembari tertawa kecil. Dia jadi bangga dengan ektingnya barusan.
Arka yang melihat kejadian dari awal hanya diam memperhatikan, dia malas untuk sekedar membantu Bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)
Ficção AdolescenteTransmigrasi 3 Alur lambat. ----- Ini cerita tentang seorang gadis berusia 25 tahun bernama, Renaya Margaretha. Gadis yang hidup hanya bersama Ibunya tanpa tau siapa Ayahnya. Suatu ketika, lebih tepatnya saat Renaya gajihan. Gadis itu membeli sebu...