Delapan belas

4.3K 244 3
                                    

vote sama komen berpengaruh banget buat mood update. So , jangan lupa vote dan komen ya sengkuu.

*_*

18. Haus bukan sembarang haus.

_____________________________________

"Mau kemana lo?"

Renaya yang baru berdiri jadi heran. Sebenarnya kenapa semua orang di sekitarnya suka sekali bertanya? Kepo sekali.

"Ke perpus" Jawab Renaya.

Mila menaikan sebelah alis, tidak biasanya gadis itu mau bertemu dengan banyak buku menyebalkan.

"Mau ikut?" Renaya menawar saat melihat gurat bingung Mila.

Mila menggeleng pelan. "Males njir, lo aja deh." Kata Mila menolak.

Renaya mengangguk singkat, setelahnya dia berlalu dari kelas. Tadi, dia mampir kekelas hanya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.

Rencananya dia akan mencari tau lebih terperinci tentang pemilik tubuh ini. Untuk alur cerita, Renaya tidak ambil pusing. Karna dia bukan Figuran yang berpengaruh di alur cerita. Kan?

Renaya menuju pada rak buku di perpustakaan, mengambil asal buku di sana dan berjalan menuju meja pojok untuk memulai aksinya.

Sesekali pandangan Renaya melihat kesekitarnya, merasa aman dia duduk dengan tenang di sana. Dia mengambil ponsel yang ada di saku bajunya.

Tadi pagi, waktu jam masih menunjuk jam 3 pagi. Renaya masuk ke ruang rahasia di kamarnya dan mengambil ponsel di sana untuk di bawa.

Gadis itu sangat tau, kalau benda pipih yang di berikan papa Roy telah di sadap. Entah apa tujuan orang tuanta itu, Dia tidak tau.

"Pertama-tama gue harus nyari apa ya?" Monolognya pelan.

Renaya menatap serius pada ponselnya. "Foto-foto disini masih normal."

Keningnya menukik tajam. Sampai dia menekan satu item sehingga muncul penyimpanan privasi. Renaya hqrus memasukan kada sandi untuk masuk.

"angka?"

Renaya mendongak sejenak.

"Tanggal menstruasi kah?" Dia kembali menatap ponsenya.

Renaya mengetikan tanggal menstruasinya. "Buset, gue kan haid ga teratur." Ucapnya saat melihat angka yang ditulisnya salah.

"Taggal lahir?" Dia berfikir sejenak.

"Gue kan ga tau nih bocah lahir kapan" Renaya menggerutu jadinya.

Dia berdecak pelan. "Coba ajalah!" Renaya mengetikan tanggal lahirnya sendiri di sana, tapi tetap tidak bisa.

Dia mengacak rambutnya pusing. "Anjing!"

Renaya menarik nafas kasar, dia mengusap wajahnya frustasi. Ternyata bermain detektif-detektifan seperti ini sangat menguras otak dan tenaganya.

Renaya membandingkan laci ke 7 dan laci lainnya, terlihat sama, tapi di mata renaya itu berbeda, di sisi kiri pojok laci ke 7 ini terdapat ukiran kecil seperti belati.

"Buka? engga?"

Renaya jadi bimbang, apa ada sesuatu hal yang akan meledak jika ia buka laci itu. dengan jantung yang berdetak kuat tangannya menarik perlahan laci itu.

Jantungnya semakin berpacu kencang saat isi dari laci itu mulai terlihat. dan saat terlihat, renaya kembali dibuat melongo.

"Shibal sekkiya!" umpatnya geram sembari mengacak handuk yang melilit kepalanya.

Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang