Kopi dan green tea

74 2 0
                                    

Hari itu sebuah notif masuk lewat WhatsApp. Sebuah notif yang pernah ku tunggu dan ku harapkan.

Arria : Sabtu kamu sibuk ga? Ayo kita ketemu.

Rana : Ngga, boleh mau kemana?

Arria : Ke kopiku yu, nanti aku jemput, kamu shareloc aja

Rana : Oke kabarin aja kalau jadi

Hari itu perasaanku campur aduk, sebal karna dia baru menghubungi ku, senang karna akhirnya dia memenuhi perkataannya padaku untuk menemuiku. Saat itu aku persiapkan segalanya padahal masih hari Rabu. Aku pilih baju mana yang akan aku pakai hari Sabtu nanti, aksesoris apa yg akan ku kenakan, berdandan seperti apa agar terlihat cantik. Aku persiapkan dari jauh hari agar aku merasa lebih tenang dan memaksimalkan penampilan ku untuk nanti.


Hari Sabtu pun tiba, aku menunggu pesan darinya yang tak kunjung ada. Lalu pukul 17.00 dia menghubungi ku.

Arria : Aku baru beres kerja, habis ini aku pulang buat siap-siap terus jemput kamu ya, mungkin habis isya kita berangkat

Rana : Okee, aku tunggu

Pukul 18.30 dia berangkat dari rumahnya untuk menjemputku. Aku menunggu nya di ujung jalan rumahku. Pada pukul 19.00 aku bertemu dengannya. Sosok yang selama ini membuatku penasaran dan sosok yang membuatku menunggu kehadirannya.

"Ayo naik, keburu ujan" pintanya padaku.

Diperjalanan kami tidak terlalu banyak berbicara. Aku hanya mengarahkan jalan ketempat yang kita tuju. Saat itu gerimis, rintikan air membasahi tubuh kami. Sesampai di sana kami memesan Satu gelas ice kopi, satu gelas ice green tea dan beberapa cemilan. Ohiya sedikit informasi Arria tidak terlalu suka kopi.

Kami mencari kursi kosong untuk kami tempati, namun karna tempat tersebut outdoor dan sedang turun gerimis kami tidak mendapatkan tempat untuk duduk.

Kami menunggu gerimis reda, sambil diam dalam keheningan karna sama-sama tidak tahu harus berbicara apa. Kami sama-sama canggung dan malu saat itu. Kami hanya sesekali bertatapan dan tersenyum. Tak lama gerimis menghilang, kami langsung mencari tempat, kami menemukan kursi di bawah sebuah pohon, sedikit basah namun aku rasa tidak apa-apa.

Pesanan kami datang, kami menikmati sambil sesekali bertanya satu sama lain. Kira-kira begini obrolan waktu itu.

"Kamu tadi nunggu lama?" Tanya nya.

"Ngga kok, lagian gapapa kalau lama aku maklum karna kan rumah kamu lumayan jauh" jawabku.

"Kamu cantik, lebih cantik dari foto"
"Kamu pake buat bulu mata itu ya apa namanya, cantik bagus" ucapnya.

"Maskara? Iya pake" Aku sangat tersipu malu dengan pujiannya, aku perempuan yang jarang sekali dipuji. Aku merasa senang dia berkata bahwa aku cantik.

"Aku boleh tanya ga gimana kamu dulu sama mantan kamu?" Tanya nya tiba-tiba. Dia penasaran dengan ceritaku karna sebelum bertemu aku berkata bahwa aku masih merasa terluka karna perlakuan mantanku.

"Gimana ya, aku ga mau terlalu bahas itu, kaya yang kamu tau, dia nyakitin aku dan ngerendahin aku" jawabku.

"Oh iyiya, yaudah kalau kamu gamau bahas itu, kita cerita yang lain aja" katanya menenangkan ku yang sedikit terbawa suasana.

Kita bercerita hal random, seperti pekerjaan, aktifitas diluar pekerjaan, hoby apa yang kita sukai, hal apa yang kita tidak sukai, tentang pertemanan, atau bahkan orang yang lewat di depan kita. Tak terasa waktu menunjukan pukul 22.00 akhirnya kita sepakat untuk pulang. Rasanya waktu itu terasa kurang dan berlalu begitu cepat, aku masih ingin berbicara dengannya. Aku tiba di rumah pukul 22.15, dia tiba di rumahnya pukul 22.45.

Hari itu aku sangat senang, bertemu dengan nya sosok yang aku nantikan. Aku sangat senang karna respon nya padaku sangat baik. Aku sangat senang karna dia berkata bahwa aku cantik. Aku sangat senang karna dia berharap pertemuan selanjutnya denganku. Aku sangat senang dan sangat menantikan itu.

Tujuh bulan bersamamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang