Hari itu aku memohon kepada arria untuk bertemu terkahir kali. Aku memintanya mengantarkan ku ke klinik untuk KB. Akhirnya dia mengiyakan ajakanku.
Saat itu arria datang jam 11.00 siang ke rumah ku. Aku masih tiduran di kasur ku, dia datang dengan muka flat nya. Aku menyuruh nya duduk. Aku memeluknya kala itu, aku sangat merindukannya, aku sangat menyayanginya meskipun dia tidak bergeming ketika aku peluk dan cium.
Dia hanya berdiam diri dan asik dengan hp. Dia tidak pernah mau menatap mataku. Aku tidak keberatan bagaimana dia bersikap, menurut ku dia ada di sisi ku sudah lebih dari cukup. Aku terus memeluknya dengan erat. Seribu pelukan pun rasanya tidak cukup untuk melepas semua kerinduan ketika berpisah dengannya.
Aku melihat matanya, hidungnya, bibir nya semua hal yang selalu aku lihat ketika bangun tidur. Namun sudah tidak pernah aku lihat lagi kala itu. Aku senang menikmati momen untuk melihat wajah arria, yang terkadang tidak sengaja tersenyum namun aku menyukainya.
Dia sambil bermain game kala itu, aku melihatnya dan tidak merasa keberatan. Aku senang melihatnya ada di sisi ku. Aku elus rambutnya, aku pegang tangannya, aku cium pipi nya, aku bersandar di bahunya dan memeluknya. Aku merindukan saat-saat seperti itu. Aku sangat menyayanginya meskipun aku sedang ketakutan karna sebentar lagi dia akan meninggalkan ku.
Aku memeluknya dengan erat, dan dia pun ikut meluluh dalam pelukanku. Kala itu dia hanya memeluk ku tanpa bicara apapun. Aku tetap menyukainya, dia masih mau memeluk ku meskipun hanya sebentar.
Akhirnya aku bersiap siap untuk pergi ke klinik. Aku datang ke sana pukul 13.00, kami mengambil nomor antrian dan menunggu untuk di panggil. Saat bagian ku arria ingin ikut ke dalam ruangan bidan. Dia melihat ku disuntik kala itu. Bidan bertanya mengapa berat badan ku turun drastis, arria menjelaskan bahwa aku sebelum nya sakit.
Aku sakit dikarenakan ketakutan ku kehilangan mu. Aku sakit karena selalu merindukan mu dan mengharapkan mu. Aku sakit tidak bisa lagi memilikimu. Pikirku dalam hati kala itu.
Setelah dari klinik kami mampir untuk membeli sebuah minuman karna cuaca lumayan terik. Kami membeli ice tea dekat rumah ku dan mengobrol sebentar. Rasanya aku tidak ingin pulang, rasanya aku masih ingin bersama nya lebih lama lagi, namun aku tidak boleh egois.
Akhirnya kami pulang, dan arria pun berpamitan. Aku sedih kala itu, aku pergi ke kamar ku dan menangis. Aku kira jika kita bertemu akan membuka peluang untuk kita kembali bersama. Namun nyata nya tidak seperti itu. Aku menangis dan menghubungi teman ku Risma.
"Ris sibuk ga? Bisa ke rumah aku ga, aku lagi sedih banget butuh temen" tanya ku pada Risma
Risma mengiyakan untuk datang kerumau ku. Saat itu aku menangis sesegukan, Risma datang ke kamar ku dan memelukku, sesekali Risma juga meneteskan air mata melihat bertapa hancur nya aku karna arria. Dia berusaha menenangkan ku dan mendengarkan ceritaku tentang bagaimana itu bisa terjadi. Aku menjelaskan nya secara rinci. Dia menenangkan ku dan menguatkan ku bahwa aku bisa menjalankan ujian itu.
Setelah berapa waktu Risma di rumah ku akhirnya dia pamit. Hati menjadi sedikit lega karna sudah sedikit bercerita pada risma. Namun di malam hari sedih ku makin menjadi, aku menangis lagi dan spam chat arria berharap dia membalas pesan ku. Seberapa banyak pesan yang aku kirim padanya tidak ada satupun yang di respon, aku coba menelfon nya namun di tolak dan di blokir.
Akhirnya aku putus kan untuk berhenti mencarinya. Aku putuskan untuk memperbaiki diri dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh bulan bersamamu [END]
RomanceBagaimana bisa pernikahan hanya bertahan tujuh bulan? Aku bahkan tidak punya kesempatan untuk merayakan satu tahun pernikahan. "Aku talak kamu sekarang" sebuah pesan masuk yang membuat seluruh tubuhku bergetar. Kalimat yang sangat tidak ingin aku de...