Kuliner di malam hari

31 2 0
                                    

Aku suka makan, maka dari itu kuliner malam hari hal yang sangat aku sukai. Kala itu aku mengajak arria ke sebuah tempat kuliner malam yang terkenal di kota bandung. Kala itu pertama kalinya arria kuliner malam dan kali pertama ketempat tersebut. Aku dengan arria merasa senang jalan-jalan malam hari sambil melihat orang lain berlalu lalang.

Saat itu tenda merah berjejer dari ujung sampai ujung. Ratusan atau mungkin bahkan ribuan orang sedang menikmati makanannya masing-masing. Banyak nya orang yang berlalu lalang, ada orang yang berjalan sendirian, ada orang yang bergandengan dengan pasangan, ada keluarga kecil berisi ibu, ayah dan anak, adapula keluarga besar yang sangat menikmati momen kebersamaan mereka.

Aku dan arria memutus kan untuk memilih sebuah tenda yang tidak ramai, memesan sebuah dimsum dan minuman.
Setelah mengisi sebagian isi perut dengan dimsum kami berkeliling sambil mencari makanan apalagi yang akan mengisi sisa perut kami. Belum lama kami berjalan gerimis mulai turun, aku melihat penjual cumi bakar dan aku putuskan untuk membelinya. Sebari menunggu dan berteduh hujan ternyata makin deras. Angin menerpa sebagian jalan, mencipratkan air hujan yang membasahi sebagian pakaian kami kala itu.

Sebagian waktu yang pernah kami habiskan berdua selalu di saksikan oleh rintikan hujan. Apa mungkin hanya karna cuaca atau sebuah pertanda bahwa di waktu nanti, hujan yang selalu aku saksikan ketika bersama nya akan jatuh di bawah mataku. Hujan yang selalu aku hindari saat bersama nya namun selalu membasahi ku. Hujan yang aku kira hanya turun dari langit, kini turun di bawah mataku. Sangat deras, tiada jeda, bergemuruh, dan menggenang serta sulit surut.

Kembali pada cerita, setelah hujan mereda, setelah memesan cumi bakar kami memutuskan untuk pulang kerumah ku. Kami memutuskan untuk memakannya dirumah karna cuaca yang buruk. Sebenarnya aku masih ingin berada disana dalam waktu yang lebih lama, namun bagaimana pun aku tidak boleh egois. Mungkin lain waktu aku akan kembali ke sana menikmati waktu yang lebih lama bersamanya.

Sesampai di rumah kami makan dan mengobrol hal-hal random. Aku dan dia sangat senang kala itu, meskipun tubuh kami basah akibat terkena hujan. Kami tertawa mengenai hal konyol yang kami ceritakan satu sama lain. Terlalu asyik sampai tidak terasa sudah mulai larut malam.

Arria berpamitan untuk pulang saat itu. Aku sebenernya sangat sedih karna saat bersamanya waktu berlalu begitu cepat. Seolah-olah aku merasa tidak puas dan menginginkan waktu yang sangat panjang untuk bersamanya. Namun pada akhirnya aku mengizinkannya pulang, kasian juga sudah mulai larut dan rumah nya pun lumayan jauh dariku.

Saat kini, aku sudah tidak punya kesempatan untuk menghabiskan waktu dengannya. Aku sudah tidak punya kesempatan untuk kulineran malam hari dengannya. Bahkan aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya lagi. Kini aku sendirian, menulis cerita ini di sebuah kamar yang hening dan gelap.

Tujuh bulan bersamamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang